Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte dalam sebuah wawancara di Davao, 2 Juni 2016. (Foto: AFP/MANMAN DEJETO)
Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte dalam sebuah wawancara di Davao, 2 Juni 2016. (Foto: AFP/MANMAN DEJETO)

Duterte Tidak akan Bunuh Kriminal di Luar Jalur Hukum

Willy Haryono • 12 Juni 2016 13:37
medcom.id, Manila: Presiden terpilih Rodrigo Duterte tidak mendukung adanya pembunuhan terhadap kriminal di luar jalur hukum. Pernyataan ini disampaikan juru bicara Duterte, setelah pemenang pemilihan umum presiden Filipina itu dikritik PBB atas rencananya membunuh ribuan penjahat. 
 
Duterte memenangkan pilpres Filipina bulan lalu lewat raihan suara dominan. Ia berhasil menang setelah bertekad menumpas kejahatan yang merajalela di Filipina dengan membunuh puluhan ribu kriminal. 
 
Setelah menang, Duterte menjanjikan hadiah besar bagi aparat keamanan atau bahkan medali kepada warga yang membunuh pengedar narkotika di ruang publik. 

Namun menurut jubir Duterte, sang presiden terpilih tidak mendukung pembunuhan brutal semacam itu. 
 
Duterte Tidak akan Bunuh Kriminal di Luar Jalur Hukum
Rodrigo Duterte. (Foto: AFP)
 
"Dia tidak mendukung -- dan tidak dapat -- serta tidak akan pernah menyetujui pembunuhan di luar jalur hukum," kata Salvador Panelo, seperti dilansir AFP, Sabtu (11/6/2016). 
 
"Sang presiden terpilih juga tidak akan memaafkan adanya pembunuhan terhadap jurnalis atau warga sipil," sambung dia.
 
Panelo mengatakan Sekjen PBB Ban Ki-moon terlalu cepat memercayai "laporan berita yang salah" saat dirinya mengecam pernyataan Duterte. 
 
Dalam sebuah pidato di New York pada Rabu, Ban mengaku "sangat terganggu" dengan pernyataan Duterte. Ia khawatir komentar Duterte seolah membenarkan pembunuhan terhadap jurnalis, yang marak terjadi Filipina sejak bertahun-tahun lalu. 
 
Duterte Tidak akan Bunuh Kriminal di Luar Jalur Hukum
Sekjen PBB Ban Ki-moon resah dengan pernyataan Duterte. (Foto: AFP)
 
Dijadwalkan resmi menjadi presiden pada 30 Juni,  Duterte mengatakan kepada awak media bahwa jurnalis yang ketahuan menerima suap atau terlibat aktivitas korupsi, adalah sasaran pembunuhan yang sah. 
 
"Karena Anda seorang jurnalis bukan berarti Anda aman dari pembunuhan," ungkap Duterte, sembari mengenang kembali pembunuhan Jun Pala, seorang jurnalis yang dibunuh pada 2003.
 
"Saya tidak ingin menghapus memori (kasus Jun Pala), tapi dia memang pria brengsek. Dia pantas mendapatkannya," tegas Duterte. 
 
Salah satu kasus kekerasan terhadap jurnalis di Filipina terjadi pada 2009, saat 32 wartawan berada dalam deretan 58 orang yang dibunuh oleh sebuah grup terkait pemilihan umum. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan