Kapal angkatan laut Malaysia. (Foto: AFP)
Kapal angkatan laut Malaysia. (Foto: AFP)

Marak Penyanderaan WNI, Malaysia Berkomitmen Jaga Perairan Sabah

Sonya Michaella • 22 Desember 2016 15:30
medcom.id, Jakarta: Kasus penyanderaan Anak Buah Kapal (ABK) yang menimpa warga negara Indonesia akhir-akhir ini marak terjadi di Asia, tepatnya di perairan Filipina Selatan. Terdapat pula beberapa kasus penyanderaan di perairan Sabah, Malaysia. 
 
Dua kasus penyanderaan ABK WNI terjadi pada 5 November dan 19 November di perairan Sabah. Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Dato Sri Zahrain Mohamed Hashim menegaskan sebenarnya pemerintah Negeri Jiran telah mengamankan beberapa jalur di perairan Sabah. 
 
"Ada jalur memang menjadi jalur kapal perdagangan. Tapi terkadang kapal nelayan, mereka menangkap ikan di luar jalur tersebut, karena tak mungkin menangkap ikan hanya di satu tempat. Itu yang menjadi sasaran para penyandera," ucap Dubes Zahrain kepada awak media di Kedutaan Besar Malaysia, Jakarta, Kamis (22/12/2016).

Karena di luar area pengamana, kapal nelayan menjadi rentan diserang. Dubes Zahrain menyarankan agar kapal dagang dan nelayan beraktivitas di jalur aman. 
 
Ia kembali menegaskan komitmen Malaysia dalam mengamankan perairan Sabah. Namun, lanjut Dubes Zahrain, perlu diingat pula bahwa wilayah tersebut sangat luas. "Para penculik sudah tahu di mana celah yang tepat (untuk beraksi)," ungkap dia.
 
Marak Penyanderaan WNI, Malaysia Berkomitmen Jaga Perairan Sabah
Dubes Dato Sri Zahrain Mohamed Hashim. (Foto: MTVN/Sonya Michaella)
 
Dubes Zahrain mengatakan patroli gabungan antara Malaysia, Indonesia dan Filipina sudah dikerahkan di Sabah. Hal ini akan lebih mengamankan titik-titik yang sering menjadi lokasi terjadinya penculikan.
 
Mewakili pemerintah, Dubes Zahrain berterima kasih kepada petugas keamanan Malaysia yang beberapa waktu lalu sempat berhasil membunuh tiga anggota kelompok militan Abu Sayyaf.
 
Baca: Cegah Penyanderaan, Nelayan dan Perusahaan Diminta Disiplin
 
Menurut Dubes Zahrain, sebagian besar penyandera memilih menculik dan menyandera ABK WNI yang bekerja di kapal nelayan milik perusahaan Malaysia. "Sering sekali itu terjadi," tutur dia.
 
Dengan menculik ABK WNI yang bekerja di perusahaan Malaysia, para penyandera berharap akan mendapat keuntungan berlebih, yaitu dari Malaysia dan juga Indonesia.
 
"Intinya, pemerintah Malaysia sudah berkomitmen menyelesaikan permasalahan ini. Dan selalu berjaga agar tak terulang lagi, tentunya lewat koordinasi dengan negara-negara tetangga," pungkas Dubes Zahrain.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan