Staf Ahli Menteri Luar Negeri Urusan Diplomasi Ekonomi, Ina Hagniningtyas Krisnamurthi mengatakan Indonesia saat ini tengah memangsa pasar non-tradisional di Afrika dan Amerika Tengah.
"Sebenarnya kita juga sudah mulai melirik negara-negara Pasifik. Karena kita punya kedekatan dengan (negara-negara) Pasifik secara kebudayaan," kata Ina kepada Medcom.id, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 29 Agustus 2019.
Ina menuturkan untuk masuk ke pasar-pasar non-tradisional tersebut, Indonesia harus mengetahui kebutuhan pasarnya.
"Kita tidak bisa template, harus bisa sesuaikan dengan kebutuhan atau keinginan negara itu. Karena kebutuhan tiap-tiap negara itu berbeda," kata Ina.
Dia mengatakan di Pasifik, Indonesia menyasar bidang konstruksi. "Kita menawarkan jasa. Karena ada ahlinya, kemudian perencanaannya. Nanti mengikuti barangnya, misalnya, semen, dan lain-lain. Jadi bisa sepaket nanti," tutur Ina.
Ina menambahkan bahwa pendekatan yang ditawarkan Indonesia sangat sangat dekat dengan sumber daya manusia. Karenanya dia kembali mengingatkan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat penting.
Menurutnya, Presiden Joko Widodo sudah mengetahui apa yang diperlukan Indonesia, yakni dengan memperkuat pendidikan vokasi. Ina mengatakan peningkatan mutu untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) termasuk penting agar menciptakan generasi yang siap untuk terjun ke dunia kerja.
"Semua tergantung daya saing. Presiden Joko Widodo mengatakan SDM unggul Indonesia maju," kata Ina.
"Artinya kita bergantung sama SDM. Kalau SDM hanya dilihat dari jumlah, tidak ada gunanya Tapi kalau jumlah ditambah dengan kualitas, itu berguna," imbuh dia.
Berjaya di Afrika
Untuk pasar Afrika, tutur Ina, memang Indonesia kalah cepat dari Tiongkok. Namun, dia yakin bahwa Indonesia tetap akan berjaya di Afrika.
Pasalnya, di kegiatan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 yang digelar pekan lalu di Bali, Indonesia dan Afrika sudah meneken kesepakatan bisnis hingga Rp12,3 triliun. Beberapa perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia menjadi primadona dan dinantikan kerja samanya di Benua Hitam tersebut, seperti Wijaya Karya (WIKA).
Selain menghasilkan kesepakatan bisnis, melalui IAID Indonesia telah menandatangani Joint Statement dengan Djibouti mengenai rencana pembentukan perjanjian dagang preferensi atau Preferential Trade Agreement (PTA). Sementara, PTA dengan Mozambik akan ditandatangani dalam waktu dekat.
Selain itu, Indonesia telah melaksanakan putaran pertama perundingan pembentukan PTA antara Indonesia dan Mauritius.
Menurut Ina, Kemenlu sebagai ujung tombak diplomasi, terutama diplomasi ekonomi, bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan terus mendorong PTA dengan pasar non-tradisional guna peningkatan ekspor produk-produk Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News