Kantor presiden dan partai berkuasa DPP menolak untuk mengomentari tulisan tersebut, namun beberapa politisi marah dan rakyat Taiwan secara terbuka menyuarakan kemarahan mereka terhadap Tiongkok.
"Ini pernyataan konyol dan termasuk diskriminasi terhadap wanita lajang. Setiap orang berhak untuk memilih jalan hidupnya dan itu harus dihormati," ujar anggota parlemen Partai DPP, Yeh Yi-chin, seperti dikutip AFP, Kamis (26/5/2016).
Anggota parlemen lainnya juga mengungkapkan kemarahannya atas tulisan Wang Weixing yang sangat melecehkan Presiden Tsai.
"Serangan ini termasuk serangan ke kehidupan personal, sangat tidak tepat. Ini diskriminasi gender dan kami sangat menentang pernyataan tersebut," tegas anggota parlemen tersebut.
Selain itu, para netizen Taiwan langsung memprotes tulisan Wang tersebut. "Mengapa ia tidak mengkritik sekelompok politisi laki-laki yang sudah menikah dan berselingkuh? Analis ini sepertinya gila," tulis salah satu netizen di halaman komentar sebuah media online di Taiwan.
Netizen lain pun sangat mengecam pernyataan tersebut. "Ini adalah kejahatan. Komentar tersebut makin menunjukkan kepada dunia bagaimana sesatnya Tiongkok," tulis netizen yang lain.
Tsai Ing-wen belum sepekan menduduki jabatan barunya sebagai Presiden Taiwan, namun ia sudah menjadi bulan-bulanan media Tiongkok.
Presiden Tsai memang masih melajang di usia 59 tahun dan menurut sebuah tulisan di koran Tiongkok, karena statusnya tersebut, presiden wanita pertama Taiwan itu adalah sosok yang "ekstrem".
"Dari sudut pandang humanistik, ia tidak memiliki beban emosional pada persoalan cinta, keluarga, dan anak-anak, sehingga strategi politiknya cenderung emosional dan ekstrem," tulis Wang.
Ia juga menuduh keluarga Tsai memiliki hubungan persahabatan dengan pasukan Jepang selama Perang Dunia II. Wang terus mencaci Tsai, ia juga mengklaim bahwa ia dibesarkan ayah yang memiliki banyak istri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News