medcom.id, Jakarta: Sejumlah kendala sering dihadapi Indonesia dan Afghanistan dalam hubungan kerja sama ekonomi dan perdagangan. Salah satunya, Afghanistan yang kesulitan menerima barang impor.
"Mereka kesulitan impor, karena tidak punya pelabuhan. Selama ini proses impor dilakukan lewat Pakistan atau Iran. Bisa juga dari Dubai lalu ke Iran. Itu kendala yang kita hadapi," kata Direktur Asia Selatan dan Asia Tengah Kementerian Luar Negeri RI, Ferdy Piay di Jakarta, Kamis 30 Maret 2017.
"Dengan nilai perdagangan yang cukup kecil, yaitu USD16 juta, barang-barang Indonesia itu masuk ke Afghanistan lewat negara ketiga," lanjutnya.
Dengan adanya kunjungan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani ke Indonesia, Ferdy ingin adanya dorongan untuk interaksi langsung pada forum bisnis pada 6 April mendatang.
"Transaksi perbankan juga harus melalui Irak atau Dubai. Itu jadi kendala, padahal Afghanistan tidak masuk daftar hitam perbankan, tetapi banyak entitasnya di Afghanistan ada yang masuk daftar hitam," tuturnya.
Menurut Ferdy, persoalan ini juga akan dibicarakan dan dicarikan solusinya. Indonesia sendiri mengekspor sejumlah produk ke Afghanistan, walaupun lewat negara ketiga, seperti elektronik, karet, dan berbagai produk makanan pokok, bahkan mie instan.
Afghanistan adalah negara pascakonflik yang sedang tumbuh dan berusaha berkembang sehingga diharapkan masuknya banyak investasi.
Sebelumnya, Indonesia-Afghanistan sepakat untuk menjajaki kemungkinan peningkatan nilai perdagangan ke depan dengan target untuk mencapai USD200 juta pada 2016–2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id