Mantan Menlu RI Marty Natalagewa (Foto: Sonya Michaella/Metrotvnews.com).
Mantan Menlu RI Marty Natalagewa (Foto: Sonya Michaella/Metrotvnews.com).

Marty Natalegawa: ASEAN Harus Gerak Cepat Tangani Kasus Rohingya

Sonya Michaella • 06 Desember 2016 18:27
medcom.id, Jakarta: Kasus Rohingya yang akhir-akhir ini semakin menjadi perhatian dunia internasional diharapkan segera berakhir. Hingga sekarang, lebih dari 100 Rohingya telah tewas dalam serangan di Rakhine State.
 
Dalam permasalahan ini, ASEAN sebagai asosiasi yang menaungi negara-negara Asia Tenggara, diharapkan bergerak untuk mengatasi hal ini.
 
"Saya kira ASEAN perlu menunjukkan bahwa ASEAN adalah suatu komunitas bersama, jadi berarti kepedulian mengenai perkembangan di masing-masing negara ASEAN tidak perlu ditampilkan sebagai seolah-olah mencampurtangani perkembangan di negara tersebut karena kita ada suatu komunitas bersama," ungkap mantan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, ketika ditemui di Jakarta, Selasa (6/12/2016).
 
Menurut Marty, negara-negara tetangga Myanmar harus memiliki kepedulian untuk membantu menyelesaikan konflik, bukan menggurui atau ada semangat untuk bermusuhan.
 
"Harus ada semangat untuk membantu menyelesaikan. Saya kira semangat dari komunitas harus ditumbuhkembangkan," tuturnya lagi.

Marty Natalegawa: ASEAN Harus Gerak Cepat Tangani Kasus Rohingya
Mantan Menlu RI Marty Natalegawa (Foto: Sonya Michaella/Metrotvnews.com).
 
 
Sementara itu, founder dari Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Pati Djalal, mengungkapkan bahwa ASEAN di abad ke-21 harus berbeda dengan ASEAN di tahun-tahun sebelumnya. Ia menekankan bahwa konsep HAM dan prinsip demokrasi adalah dua hal penting yang harus ditekankan ASEAN.
 
"Dulu waktu ada genosida di Kamboja, yang lain (negara anggota ASEAN) diam. Ini bukan ASEAN yang sekarang. Jadi kalau ada kelompok di ASEAN yang sengsara, harus jadi perhatian ASEAN," ungkapnya dengan gamblang.
 
Mantan wakil menteri luar negeri ini menilai agar Myanmar tak perlu sensitif dengan masukan negara tetangga dan tak perlu berlindung dibalik no interference.
 
 
Mengomentari kunjungan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi ke Naypydaw untuk bertemu dengan Aung San Suu Kyi, Dino menuturkan bahwa Menlu Retno harus mendengarkan terlebih dahulu situasi di Rakhine seperti apa.
 
"Harus mendengarkan situasi seperti apa dulu dan perlunya imbauan bahwa hal ini perlu ditangani pemerintah Myanmar. Jangan alergi terhadap Rohingya. Harus pro-aktif juga. Jangan lepas tangan sehingga negara tetangga yang kena imbas," imbau Dino.
 
Dino mengungkapkan, konflik tak hanya terjadi di Myanmar, melainkan di Filipina, bahkan di Indonesia pun terjadi konflik.
 
"Pemerintah Myanmar harus menunjukkan bahwa mereka tidak alergi dengan Rohingya dan pro-aktif menangani hal ini," tuturnya lagi.
 
Menurutnya, Indonesia harus berkomitmen membantu penyelesaian konflik di Myanmar. Tak perlu dengan suara yang lantang dan kuat, cukup dengan diplomasi dan pendekatan. Jika terus dibiarkan, hal ini akan mempengaruhi Myanmar dan ASEAN sendiri.
 
"Ada banyak cara untuk bicara mengenai hal ini. Tidak perlu megaphone diplomacy, yang penting pesannya disampaikan ke Myanmar bahwa mereka punya kewajiban untuk melindungi minoritas," pungkasnya.
 
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan