Dua militan mengibarkan bendera ISIS di wilayah perbatasan Irak dan Suriah. (Foto: AFP PHOTO / HO / ALBARAKA NEWS)
Dua militan mengibarkan bendera ISIS di wilayah perbatasan Irak dan Suriah. (Foto: AFP PHOTO / HO / ALBARAKA NEWS)

Analis: WNI Gabung ISIS Meningkat Sejak 4 Bulan Terakhir

Willy Haryono • 09 Juli 2015 15:35
medcom.id, Jakarta: Organisasi pemantau perekrutan militan asing Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) melaporkan adanya kenaikan tajam dari jumlah warga negara Indonesia yang bergabung dengan kelompok militan Islamic State (ISIS) dalam beberapa bulan terakhir. 
 
"Antara 1 Maret dan 1 Juni 2015, 44 WNI terbunuh di Suriah dan Irak," ucap Sidney Jones, kepala IPAC di Jakarta, seperti dikutip The Intercept, Kamis (9/7/2015). 
 
Pernyataan IPAC keluar setelah munculnya kabar dua pilot Indonesia yang bergabung dengan ISIS. Dugaan ini muncul dalam laporan Kepolisian Federal Australia atau AFP, yang dibuat berdasarkan penyelidikan sejak September 2014. 

Kedua pilot itu bernama Ridwan Agustin dan Tommy Hendratno. Ridwan dan istrinya diketahui sama-sama mantan pegawai maskapai AirAsia. 
 
Sementara Tommy dikenal sebagai mantan pilot militer yang dilatih di Paris dan bekerja untuk sebuah sekolah penerbangan lokal. 
 
Dari 44 WNI yang terbunuh dalam laporan IPAC, disebutkan salah satunya adalah teman Ridwan di Facebook, Heri Kustyanto. Kustyanto, atau dikenal dengan Abu Azzam Qaswarah Al Indonesy, menurut laporan IPAC adalah satu dari tiga WNI yang berlatih dalam pasukan elite ISIS. 
 
Kementerian Luar Negeri mengaku baru mengetahui informasi adanya dua pilot Indonesia yang bergabung dengan kelompok militan Islamic State (ISIS) dari media. 
 
Juru bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir menegaskan pihaknya sedang berusaha mencari informasi lebih lanjut, baik di dalam maupun luar negeri. 
 
"Saya dan pihak keamanan selalu memonitor. Masalah ini menjadi tantangan semua negara. Diharapkan adanya kerja sama antar negara untuk memantau warga negaranya," ucap pria yang akrab disapa Tata di Kemenlu, Jakarta.
 
"Indonesia memantau gerak gerik WNI, dan Indonesia memantau WNA yang berpotensi melakukan tindak bahaya dan radikal," sambung dia. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan