Demo kali ini digelar di Alun-Alun Tahrir yang berada di pusat kota Baghdad. Pasukan keamanan terpaksa melemparkan gas air mata karena pedemo berusaha menerobos ke Zona Aman yang dijaga ketat di mana terdapat gedung-gedung pemerintah dan kedutaan besar negara asing.
Dilansir dari AFP, Rabu 30 Oktober 2019, pedemo mayoritas terdiri dari pria muda yang membawa bendera Irak. Sementara, pedemo yang lain berteriak-teriak dengan mengendarai sepeda motor dan menumpang di truk-truk.
Hingga hari ini, setidaknya 865 orang terluka akibat demonstrasi di Baghdad. Menurut sumber medis, pasukan keamanan Irak menembaki pedemo dan menewaskan sekitar 18 orang.
Namun, gubernur, kepala polisi, militer serta PM Mahdi kompak menyangkal ada pedemo yang terbunuh. Tetapi, sumber-sumber dari medis mengaku diperintahkan untuk menutupi adanya korban jiwa.
Meskipun negara mereka menjadi pusat global utama untuk minyak, banyak warga Irak hidup dalam kemiskinan dan memiliki akses terbatas ke air bersih, listrik, perawatan kesehatan, dan pendidikan.
Para pengunjuk rasa menyalahkan elit politik dan mengatakan mereka tunduk pada sekutu regional dengan cara yang tidak mempertimbangkan sebagian besar rakyat Irak.
Meski demikian, PM Mahdi menggunakan pasukan elit anti-terorisme Irak untuk melindungi sejumlah gedung pemerintah di sekitar Baghdad dari "unsur-unsur yang tidak disiplin mengambil keuntungan dari pasukan keamanan yang sibuk melindungi protes dan pengunjuk rasa".
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News