"Australia tidak perlu membuktikan kedekatan dan kasih sayang mereka, serta keinginan tegas untuk menjaga kebebasan dan kesetaraan Prancis," kata Joyce, dilansir dari Straits Times, Senin, 20 September 2021.
"Kami memiliki puluhan ribu orang yang meninggal di tanah Prancis atau meninggal karena melindungi tanah Prancis dari negara-negara yang mengelilingi mereka, baik dalam Perang Dunia I atau II," imbuhnya.
Ia mengungkit kembali masa-masa sulit dalam sejarah Prancis sekitar satu abad lalu. Namun, sepertinya hal itu tidak akan meredakan kemarahan Prancis.
Paris berulang kali mengecam Canberra dan Washington setelah Australia mundur dari kesepakatan untuk membeli 12 kapal selam konvensional Prancis pekan lalu. Negeri Kanguru malah memilih untuk mengakuisisi kapal selam bertenaga nuklir via pakta AUKUS bersama AS dan Inggris.
Baca: Masih Kesal Soal AUKUS, Prancis Batalkan Dialog Pertahanan dengan Inggris
Buntut dari kesepakatan trilateral itu adalah penarikan duta besar Prancis untuk Canberra dan Washington. Para pejabat Prancis menuduh negara-negara itu berbohong hanya demi membentuk AUKUS.
Pemerintah Australia menekankan pentingnya hubungan dengan Prancis, namun mereka tetap mempertahankan keputusan seputar AUKUS demi kepentingan nasional.
Meski tidak disampaikan terbuka, namun AUKUS diyakini untuk menghalau dan memerangi pengaruh Tiongkok di kawasan, khususnya Asia Pasifik yang meningkat. Kesepakatan ini juga ditentang, khususnya oleh negara-negara yang berada di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia dan Malaysia.
Pasalnya, jika ketegangan kawasan meningkat, keduanya dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara pasti akan terkena imbasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News