Masalah AUKUS kembali dibahas usai Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Malaysia Saifuddin Abdullah menyampaikan kekhawatiran mereka atas adanya kekuatan nuklir di kawasan.
"Pernyataan Malaysia dan Indonesia mencerminkan keprihatikan yang terjadi secara luas di antara negara-negara kawasan," kata Wang Wenbin, Rabu, 20 Oktober 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kemitraan keamanan trilateral AUKUS dan kerja sama kapal selam nuklir menciptakan risiko proliferasi nuklir, kata Wang, merusak sistem non-proliferasi internasional dan melemahkan Perjanjian Zona Bebas Nuklir Pasifik Selatan dan upaya negara-negara ASEAN untuk membangun Zona Bebas Senjata Nuklir (NWFZ) di Tenggara Asia.
Baca juga: Indonesia-Malaysia Khawatir AUKUS Dapat Ganggu Stabilitas Asia Tenggara
"Jika dipaksakan, mereka akan menciptakan risiko keamanan yang besar seperti membuka Kotak Pandora, yang juga berarti kemunduran dalam sejarah," lanjutnya.
Menurutnya, AUKUS mewujudkan mentalitas Perang Dingin, standar ganda, dan penghinaan terhadap aturan dengan agenda politik yang jelas.
"Ini bertujuan untuk memperkenalkan konfrontasi kekuatan besar dan politik blok ke kawasan, memprovokasi konfrontasi blok dan memaksa negara-negara kawasan untuk memihak," ujar Wang.
Ia menambahkan, AUKUS juga bertujuan untuk membangun aturan dan ketertiban yang berpusat pada AS di kawasan itu. Juga, tambahnya, untuk menantang sistem non-proliferasi nuklir internasional.
"Tiongkok percaya bahwa arsitektur kerja sama regional yang berpusat pada ASEAN konsisten dengan tradisi Asia Timur dan kebutuhan yang realistis," ucap Wang.
"Ini secara efektif mempromosikan perdamaian dan pembangunan di kawasan dan oleh karena itu, harus dihargai dan diteruskan semua pihak," lanjut dia.
Wang menegaskan, setiap praktik keliru yang melemahkan dan melubangi sentralitas ASEAN hanya merusak momentum di kawasan. Selain itu, hal ini dapat menciptakan perpecahan dan memicu konfrontasi di regional ASEAN.