Dikutip dari Al Arabiya News, beberapa proyektil Korea Utara mendarat di buffer zone dekat perbatasan laut Korea Selatan. Menurut Seoul, peluncuran hari ini merupakan pelanggaran terhadap perjanjian antar-Korea tahun 2018 yang didesain untuk mengurangi ketegangan.
Militer Korea Selatan telah mengirim beberapa peringatan komunikasi ke negara tetangganya. Namun hingga kini Pyongyang belum memberikan respons balasan.
Selama ini, Korea Utara biasanya tidak pernah secara langsung mengeluarkan laporan usai menembakkan proyektil artileri. Namun sejak awal 2022, aktivitas militer Korut terus meningkat, termasuk uji coba rudal serta latihan pesawat tempur dan unit artileri.
Korea Selatan dan Amerika Serikat juga telah meningkatkan latihan militer tahun ini. Keduanya merasa latihan gabungan diperlukan demi meredam potensi ancaman nuklir dari Korea Utara.
Perjanjian Militer Komprehensif 2018 (CMA) adalah kesepakatan paling substantif antar dua Korea, yang telah disetujui pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan presiden Korea Selatan kala itu, Moon Jae-in.
Dengan dialog damai yang lama terhenti antar kedua Korea, latihan militer baru-baru ini dan unjuk kekuatan di sepanjang Semenanjung Korea telah menimbulkan keraguan tentang masa depan dari CMA. Korea Selatan menuduh Korea Utara berulang kali melanggar perjanjian tersebut dengan melakukan latihan artileri tahun ini.
Tahun ini, Korea Utara juga melanjutkan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) jarak jauh untuk kali pertama sejak 2017. Menurut Korea Selatan serta Amerika Serikat, Korut juga kemungkinan sedang membuat persiapan untuk melakukan uji coba nuklir.
Baca: AS, Jepang, dan Korsel Tambahkan Sanksi ke Individu dan Lembaga Terkait Rudal Korut
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
