Suami Naeem disebut sebagai pahlawan karena berusaha menjatuhkan pelaku bernama Brenton Tarrant di dalam masjid. Suami Naeem, dan juga satu anaknya, meninggal dalam penembakan tersebut.
"Sejak suami dan anak saya meninggal, saya tidak pernah bisa tidur normal. Saya rasa saya tidak akan pernah bisa tidur nyenyak lagi," kata Ambreen, dikutip dari laman AFP.
"Luka yang saya alami ini tidak bisa disembuhkan, itulah mengapa hukuman (Tarrant) harus berlanjut selamanya," sambung dia. Naeem mengaku menganggap Tarrant sebagai "pecundang terbesar" di dunia.
Naeem mengaku akan melanjutkan kehidupan bersama anak-anaknya sebagai warga Selandia Baru "yang lebih bertanggung jawab dan berkontribusi terhadap masyarakat."
Pernyataan senada juga diungkapkan keluarga korban lainnya, Kyron Gosse. Gosse, yang bibinya meninggal dalam penembakan di Lindwood Islamic Centre pada 2019, menyebut Tarrant sebagai "kriminal rendahan."
Gosse mengaku semakin geram setelah mengetahui bahwa Tarrant adalah warga asing yang sedang menjadi "tamu" di Selandia Baru.
"Ia masuk ke negara ini dengan kebencian dan membahas keramahtamahan kami dengan membunuh banyak orang," tegas Gosse.
Baca: Tanpa Emosi, Tarrant Ingin Tembak Lebih Banyak Muslim
Satu korban lainnya dalam penembakan di Christchurch adalah Linda Amstrong, perempuan kelahiran Auckland yang menjadi mualaf pada 2011. Keponakan Linda hadir dalam persidangan, dan menyebut Tarrant sebagai pecundang.
"Pecundang ini hanya bisa bersembunyi di balik senjata besarnya dan menembak Linda dari jauh," ungkapnya dengan penuh amarah.
Tarrant, pria asal Australia, mengaku bersalah atas 51 pembunuhan, 40 percobaan pembunuhan, dan satu pasal aksi terorisme. Ia terancam dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa ada kesempatan bebas bersyarat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id