Polisi Myanmar berhadapan dengan para pedemo di Naypyidaw. Foto: AFP
Polisi Myanmar berhadapan dengan para pedemo di Naypyidaw. Foto: AFP

Polisi Myanmar Tahan Jurnalis Jepang saat Protes di Yangon

Fajar Nugraha • 26 Februari 2021 16:36
Yangon: Polisi Myanmar menahan seorang jurnalis lepas Jepang dalam protes di ibu kota komersial Yangon. Penahanan jurnalis itu disampaikan oleh seorang koleganya pada Jumat 26 Februari hari ini.
 
Ini adalah penahanan pertama seorang reporter asing sejak kudeta militer pada 1 Februari. Jurnalis yang ditahan diketahui bernam Yuki Kitazumi.
 
Baca: Inggris Tambah Sanksi ke Myanmar, Termasuk Jenderal Min Aung Hlaing.

Kitazumi, yang menjalankan perusahaan produksi media dan pernah menjadi jurnalis untuk harian bisnis Jepang, Nikkei, ditangkap pada Jumat pagi.
 
"Menurut para saksi, dia dipukuli di kepalanya tetapi dia memakai helm sehingga tidak menyebabkan banyak cedera. Saya telah menghubungi kedutaan dan belum mendengar lebih banyak informasi," kata rekan Kitazumi dari Myanmar, Linn Nyan Htun dalam posting Facebook mengumumkan penangkapannya.
 
“Saya tidak menyaksikannya tetapi saya menerima pesan darinya melalui aplikasi messenger sekitar jam 11.30 pagi bahwa dia ditangkap. Setelah itu saya kehilangan koneksi dengannya," katanya kepada Reuters, seperti dikutip The Straits Times, Jumat.
 
Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan pada konferensi pers reguler bahwa Jepang masih berusaha untuk mengkonfirmasi fakta.
 
Polisi Myanmar tidak mengeluarkan pernyataan apapun mengenai penahan warga asing tersebut. Sedangkan telepon Kitazumi yang terdaftar di situs perusahaan produksinya tidak dapat dihubungi.
 
Myanmar telah diguncang oleh protes selama berminggu-minggu sejak tentara merebut kekuasaan dari pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan menahannya serta sebagian besar pemerintahannya.
 
Jalanan di Myanmar ramai, namun rumah sakit, kantor pemerintah dan fasilitas publik lainnya sepi. Ini dipicu aksi pemogokan yang dilakukan dokter, pegawai pemerintahan menjadi bagian dari gerakan pembangkangan sipil untuk menggagalkan kudeta militer di negara itu.
 
Pemogokan tak hanya terjadi di ibu kota, tapi hampir di semua daerah di negara tersebut. Hal ini melumpuhkan sektor swasta dan memaksa banyak pabrik, kantor, serta cabang bank tutup.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan