Kunjungannya -,yang kedua kalinya sejak dia diterbangkan ke Inggris untuk perawatan yang menyelamatkan jiwa,- datang ketika ribuan orang memprotes di kota kelahirannya, di mana kelompok militan yang sama sekali lagi meningkat.
Yousafzai baru berusia 15 tahun ketika Taliban Pakistan - sebuah kelompok independen yang berbagi ideologi yang sama dengan Taliban Afghanistan - menembak kepalanya karena kampanyenya untuk pendidikan anak perempuan.
Pada Selasa, dua hari setelah peringatan 10 tahun serangan itu, dia mendarat di Karachi. Dari kota itu dia akan melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang hancur oleh banjir monsun yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Kunjungannya bertujuan untuk membantu menjaga perhatian internasional terfokus pada dampak banjir di Pakistan dan memperkuat kebutuhan akan bantuan kemanusiaan yang kritis,” kata organisasi Malala Fund dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Rabu 12 Oktober 2022.
Bencana banjir membuat sepertiga wilayah Pakistan terendam air, membuat delapan juta orang mengungsi, dan menyebabkan kerugian sekitar USD28 miliar.
Yousafzai dibesarkan di kota Mingora di Lembah Swat yang sangat konservatif, dekat dengan perbatasan dengan Afghanistan.
Taliban Pakistan, yang dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), melancarkan pemberontakan selama bertahun-tahun di sana yang berakhir dengan tindakan keras militer besar-besaran pada tahun 2014.
Tapi telah terjadi kebangkitan dalam kerusuhan sejak Taliban Afghanistan kembali berkuasa di Kabul tahun lalu.
TTP telah mengklaim puluhan serangan dalam beberapa pekan terakhir, sebagian besar terhadap pasukan keamanan dan tetua anti-Taliban.
"Kami lelah dan tidak bisa lagi membawa mayat," kata Muhammad Ali Shah, mantan Wali Kota Swat.
"Adalah tanggung jawab negara untuk melindungi warganya dan memberi mereka keamanan, tetapi sikap diam pemerintah atas semua insiden ini adalah tindakan kriminal,” tegasnya.
Lebih dari 5.000 orang memblokir jalan utama melalui Mingora, dipicu oleh serangan terbaru terhadap bus sekolah pada hari Senin, di mana pengemudi tewas dan seorang anak laki-laki berusia 10 atau 11 tahun terluka.
TTP telah membantah bertanggung jawab dan polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki motifnya.
Siswa dan guru keluar dari sekolah - termasuk sekolah yang dihadiri oleh Yousafzai yang didirikan ayahnya - untuk menyerukan perdamaian.
"Protes kami akan berlanjut sampai penangkapan para pembunuh, kami tidak akan bangkit dari sini sampai pejabat tinggi pemerintah meyakinkan kami akan keadilan dan diakhirinya militansi," pungkas dokter Amjad Ali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News