Permata yang dimaksud merupakan berlian di mahkota kerajaan Inggris, tetapi beberapa pihak mengklaim benda itu merupakan hasil curian sehingga harus dikembalikan.
Kata "Kohinoor" meledak di Twitter tak lama setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II, menyalakan kembali kampanye berabad-abad terkait arah kolonialisme Inggris.
Kohinoor adalah salah satu berlian potong terbesar dan termahal di dunia, yang merupakan inti dari Permata Mahkota Kerajaan Inggris. Dengan berat 105,6 karat, berlian tersebut dikatakan bernilai USD591 juta atau sekitar Rp8,8 triliun.
Tetapi bagaimana permata itu menjadi milik keluarga Kerajaan Inggris adalah titik menyakitkan bagi sebagian orang. Kematian Ratu Elizabeth II memicu seruan untuk mengembalikannya kepada pihak yang mengklaim sebagai pemilik sah.
Asal-usul pasti Kohinoor belum dapat dipastikan. Inggris disebut-sebut telah memperoleh permata itu pada akhir 1840-an setelah meyakinkan Maharajah Duleep Singh yang berusia 10 tahun untuk menyerahkan Punjab kepada East India Company. Permat itu kemudian didapat Ratu Victoria sekitar tahun 1850.
Kohinoor terlihat di mahkota Ibu Suri Ratu Elizabeth, dan pernah dipakai Ratu Elizabeth II saat penobatannya di tahun 1953. Mahkota tersebut terakhir kali diperlihatkan kepada publik pada 2002, yang diletakkan di atas peti mati Ibu Suri di pemakamannya.
Orang-orang India dalam beberapa hari terakhir telah kembali menyerukan agar permata itu dikembalikan.
Hanya delapan menit setelah berita meninggalnya Ratu Elizabeth II, seorang warga India pengguna Twitter menulis: "Atas nama warga India, kami ingin Kohinoor dikembalikan."
"Jangan lupa bahwa Ratu pernah menolak mengembalikan berlian Kohinoor ke India setelah Inggris mencurinya," klaim pengguna lainnya, seperti dikutip dari News.com.au
"Sekarang bisakah kita mendapatkan #Kohinoor kita kembali? Hanya mengingatkan bahwa Ratu Elizabeth bukanlah sisa-sisa zaman kolonial. Dia adalah peserta aktif dalam kolonialisme," tulis yang lain.
Jyoti Atwal, seorang sejarawan Universitas Jawaharlal Nehru New Delhi, mengatakan kepada ABC bahwa Raja Charles III harus menghadapi masa lalu dan meminta maaf atas peran Inggris dalam peristiwa sejarah.
"Raja Charles III harus melihat fase baru anti-kolonialisme ini, karena anti-kolonialisme telah mengubah wajahnya sekarang," kata Profesor Atwal.
Baca: Intip Koleksi Perhiasan, Mahkota dan Tiara Favorit Ratu Elizabeth II
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News