Aksi dukungan disampaikan sekitar 300 perempuan di Universitas Pendidikan Shaheed Rabbani di Kabul. Mereka semua memakai pakaian tertutup, yang didominasi jenis nikab berwarna hitam.
Banyak juga dari mereka yang memakai sarung tangan hitam. Bendera kecil Taliban dipasang di tiap-tiap meja perkuliahan.
Mahasiswi bernama Shabana Omari maju ke depan kelas dan menegaskan dirinya sepakat dengan kebijakan Taliban, termasuk mengenai kewajiban bahwa semua perempuan harus menutupi seluruh area kepala dengan hanya menyisakan mata.
"Mereka yang tidak memakai hijab telah merugikan kami semua di sini," ucapnya, merujuk pada salah satu tipe busana Muslimah.
"Hijab bukanlah sebuah benda yang bersifat individu," sambung Shabana, dilansir dari laman AFP.
Satu mahasiswi lainnya, Somaiya, mengatakan bahwa sejarah telah berubah sejak Taliban kembali berkuasa. "Setelah ini, kami tidak akan lagi melihat bihijabi," ucapnya, merujuk pada perempuan yang tidak memakai penutup kepala.
"Perempuan akan lebih aman setelah ini. Kami mendukung pemerintah dengan segenap kekuatan kami," ungkap Somaiya.
Sejak merebut ibu kota Kabul pada 15 Agustus, Taliban berjanji akan bergerak ke haluan yang lebih moderat. Taliban berjanji akan melindungi hak-hak perempuan, dan juga membolehkan kaum hawa untuk pergi bekerja, bersekolah, dan berkuliah.
Namun Taliban menegaskan kebebasan tersebut harus tetap berada di bawah kerangka aturan Islam. Untuk sekolah dan perkuliahan, Taliban mewajibkan adanya pemisahan antara kelas laki-laki dan perempuan.
Baca: Taliban Izinkan Perempuan Berkuliah Asalkan Terpisah dari Laki-Laki
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News