Pernyataan ini disampaikan pada Kamis, 28 Oktober 2021, menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau COP26 yang dimulai pada 31 Oktober mendatang.
Dilansir dari VOA, Jumat, 29 Oktober 2021, Presiden Tiongkok, Xi Jinping yang sebelumnya diperkirakan tidak akan menghadiri KTT tersebut mengatakan, Tiongkok bertujuan untuk mengurangi emisi puncak karbon dioksida “sebelum 2030” dan untuk mencapai “netralitas karbon” sebelum 2060.
“Ini tidak mengejutkan, tetapi mengecewakan bahwa tidak ada sesuatu yang baru dalam hal tujuan,” kata Pakar Iklim dan Energi di Universitas Georgetown, Washington DC, Amerika Serikat, Joanna Lewis yang dikutip dari VOA, Jumat 29 Oktober 2021.
Pengumuman pada Kamis, diketahui hanya mengulangi tujuan tersebut. Lewis mengatakan, dokumen yang dirilis Tiongkok hanya memberikan rincian terkait memenuhi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Dokumen itu tidak memberikan jawaban atas pertanyaan terbuka utama tentang emisi negara itu. Pada tingkat apa emisi akan memuncak dan seberapa cepat mereka harus turun setelah puncak?,” ujar analis utama di Pusat Penelitian Energi da Udara Bersih (CREA), Lauri Myllyvirta kepada AP.
Dokumen tersebut menyatakan, perubahan iklim sebagai “tantangan suram yang dihadapi seluruh umat manusia” dan mengatakan, Tiongkok “juga di antara negara-negara yang paling parah terkena dampak perubahan iklim.”
Tiongkok, yang sangat bergantung pada batu bara untuk listrik disebut tengah membangun pembangkit listrik tenaga batu bara baru dengan cepat.
“Proyek pembangkit listrik tenaga batu bara dan baja baru yang diumumkan di Tiongkokpada paruh pertama 2021 saja akan mengeluarkan CO2 yang setara dengan total emisi Belanda," menurut laporan bulan Agustus dari CREA di Helsinki dan grup Global Pemantau Energi AS (GEM). (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News