"Pejabat imigrasi dan emigrasi mengundurkan diri dari operasi di ruang tunggu 'Silk Route' di BIA (Bandaranaike International Airport) ketika mantan Menteri Basil Rajapaksa berusaha meninggalkan Sri Lanka," lapor surat kabar setempat, Daily Mirror, dikutip oleh IBT, Selasa, 12 Juli 2022.
"Rajapaksa akan terbang ke Washington melalui Dubai," sambung mereka.
Sehari sebelumnya, Presiden Gotabaya terlihat di sebuah pangkalan udara dekat bandara internasional utama. Kehadirannya itu memicu spekulasi dia akan melarikan diri ke pengasingan di luar negeri.
Pemimpin berusia 73 tahun itu melarikan diri dari kediaman resminya di Kolombo di bawah perlindungan angkatan laut, tepat sebelum puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbu gedung itu.
Gotabaya dilaporkan telah menandatangani surat pengunduran diri tertanggal 13 Juli. Dengan demikian, pengumuman resmi dapat dilakukan Rabu oleh Ketua Parlemen.
Saudaranya, Basil mengundurkan diri sebagai menteri keuangan pada awal April, ketika protes meningkat terhadap kekurangan bahan bakar, makanan dan kebutuhan lainnya. Dia mundur dari kursinya di parlemen pada Juni.
Orang-orang di bandara internasional utama Kolombo mulai memprotes ketika mereka melihat Basil mencoba pergi.
Sebuah video dibagikan di media sosial yang menunjukkan kerusuhan setelah seseorang mengatakan mereka melihat Basil di terminal. Orang-orang menuntut dia tidak boleh meninggalkan negara itu.
Warga Sri Lanka marah dan telah memprotes selama berbulan-bulan atas kondisi kehidupan di negara itu, dengan perkiraan inflasi mencapai 70 persen dan kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan yang parah di tengah krisis ekonomi terburuk yang pernah dialami negara pulau itu. Mereka menyalahkan krisis pada kebijakan keluarga Rajapaksa.
Sementara itu, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe - yang juga berjanji menyerahkan pengunduran dirinya Rabu besok - berbicara di depan umum untuk pertama kalinya setelah rumah pribadinya dibakar oleh pengunjuk rasa anti-pemerintah pada Sabtu.
Baca juga: Ganti Presiden Rajapaksa, Pemilihan Presiden Sri Lanka Dilakukan Pada 20 Juli
Wickremesinghe mengatakan, hanya orang-orang dengan 'pola pikir seperti Hitler' yang membangun obor. "Saya mengambil alih tugas sulit untuk membangun kembali ekonomi pada saat masyarakat mengalami kesulitan tanpa bahan bakar, gas memasak dan listrik," ucap Wickremesinghe.
"Biaya hidup tinggi, tidak ada bahan bakar, ada krisis valuta asing. Orang-orang kehilangan pekerjaan. Saya melihat penderitaan rakyat," katanya.
Pada Senin kemarin, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB mengeluarkan pernyataan tentang krisis di Sri Lanka. "Sekretaris Jenderal terus mengikuti perkembangan di Sri Lanka dengan cermat. Dia berdiri dalam solidaritas dengan rakyat Sri Lanka dan meminta semua pemangku kepentingan untuk terlibat dalam dialog untuk memastikan transisi pemerintahan yang lancar dan untuk menemukan solusi berkelanjutan untuk krisis ekonomi," bunyi pernyataan itu.
"Sekretaris Jenderal mengutuk semua tindakan kekerasan dan menyerukan mereka yang bertanggung jawab untuk dimintai pertanggungjawaban, menggarisbawahi pentingnya menjaga perdamaian. Perserikatan Bangsa-Bangsa siap mendukung Sri Lanka dan rakyatnya," sambung mereka.
Ada spekulasi India akan mengirim pasukannya ke Kolombo untuk mengendalikan para pengunjuk rasa yang marah. Namun, Komisi Tinggi India di Sri Lanka menolak klaim tersebut.
"Komisi Tinggi ingin dengan tegas menyangkal laporan spekulatif di bagian media dan media sosial tentang India yang mengirim pasukannya ke Sri Lanka. Laporan ini dan pandangan semacam itu juga tidak sesuai dengan posisi Pemerintah India," kata Komisi Tinggi India lewat Twitter.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India juga menyatakan, negara itu berdiri bersama rakyat Sri Lanka. Mereka mengatakan, saat ini rakyat Sri Lanka sedang berusaha mewujudkan aspirasi mereka untuk kemakmuran dan kemajuan demokrasi yang sesuai kerangka konstitusional negara itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News