Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menuturkan jika kerja sama bilateral dan multilateral dalam penanganan pandemi virus korona (covid-19) sangat dibutuhkan. Hingga saat ini, Indonesia telah menjalin kerja sama dengan 120 pihak, yaitu 11 negara, 12 Organisasi Internasional, dan 97 NGOs.
Salah satu kerja sama yang dilakukan adalah diplomasi vaksin. Retno mengatakan ini bukanlah hal yang mudah.
"Mengenai vaksin, tugas utama diplomasi adalah membuka jalan dan akses terhadap komitmen penyediaan vaksin, baik dari jalur bilateral, maupun multilateral," katanya.
"Tugas ini bukan tugas yang mudah, namun Alhamdulillah dapat dijalankan dengan baik," serunya, dalam jumpa pers secara virtual, Kamis, 22 Oktober 2020.
Retno mengatakan tugas diplomasi vaksin ini dijalankan tidak saja untuk membuka akses pemenuhan kebutuhan jangka pendek atas vaksin bagi masyarakat Indonesia, namun juga untuk memberikan dukungan terhadap vaksin multilateralisme.
Dia mengaku, sejauh ini tugas meratakan jalan dan membuka akses telah dijalankan secara penuh.
Sejumlah komitmen penyediaan vaksin telah diperoleh untuk 2020 hingga 2021, ujar Retno. Detail pelaksanaan vaksinasi dan diskusi teknis terkait dengan vaksin dan hal terkait, menurut Retno merupakan kewenangan Kementerian/Lembaga terkait.
"Selain upaya membuka akses untuk pemenuhan dalam negeri, diplomasi juga digerakkan untuk mendukung vaksin multilateral," imbuhnya.
Pihaknya, kata Retno memfasilitasi kerja sama antara Bio Farma dengan Coalition for Epidemic Preparedness Initiative (CEPI), termasuk keinginan Bio Farma untuk menjadi salah satu manufacturer vaksin global.
"Hasil due diligence yang dilakukan oleh CEPI terhadap Bio Farma menunjukkan hasil yang sangat baik. Dengan demikian ke depan, Indonesia dapat menjadi salah satu manufaktur vaksin global," terangnya.
Untuk menunjukkan komitmen mendukung vaksin multilateral, Indonesia berkomitmen memberikan kontribusi kepada CEPI dengan menjadi bagian dari CEPI Investors Council.
"Yang berarti, Indonesia juga membantu penyediaan vaksin secara global," tutur Retno.
Hal ini, kata dia, menunjukkan bahwa Indonesia tidak saja memikirkan kepentingan nasional, namun juga dunia, terutama dalam hal vaksin.
"Sejak awal kita selalu berbicara mengenai kesetaraan akses vaksin yang aman dan dengan harga yang affordable/tidak mahal. Prinsip ini juga kita perjuangkan melalui Keketuaan Indonesia di Foreign Policy and Global Health Initiative yang mengusung tema 'Affordable Healthcare for All'," pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id