Menurut laporan Korean Central News Agency (KCNA) pada Selasa, 28 Mei 2024, Korea Utara telah mencoba meluncurkan satelit dengan roket baru dari pusat ruang angkasa di wilayah barat laut.
KCNA melaporkan bahwa roket itu meledak tak lama setelah lepas landas, dan penyebabnya diduga adalah masalah mesin.
Sebelumnya pada Senin kemarin, Korea Utara memberi tahu penjaga pantai Jepang mengenai rencana peluncuran, seraya memperingatkan Tokyo untuk berhati-hati atas kemungkinan serpihan roket di perairan antara Semenanjung Korea dan Tiongkok, dan di sebelah timur pulau Luzon, Filipina.
Saluran televisi NHK asal Jepang melaporkan adanya cahaya oranye di langit dan dugaan ledakan. Korea Selatan juga melacak lintasan peluncuran, dan dalam waktu empat menit, negara tersebut melihat serpihan objek tertentu di perairan.
Peluncuran terbaru Korea Utara dilakukan beberapa jam setelah para pemimpin Korea Selatan, Tiongkok dan Jepang bertemu di Seoul untuk pertemuan pertama mereka dalam lebih dari empat tahun.
Korea Utara telah berhasil meluncurkan satelit pengintai, yang disebut Malligyong-1, di atas roket Chollima-1 di pusat peluncuran utama negara itu menurut Kantor KCNA.
Pyongyang telah meluncurkan satelit mata-mata pertamanya di pada November 2023 sebagai bagian dari upaya meningkatkan pengawasan ruang angkasa terhadap Amerika Serikat.
Kabar seputar peluncuran muncul beberapa bulan setelah Dewan Keamanan PBB melarang Korea Utara meluncurkan satelit, karena menganggap satelit tersebut sebagai uji coba teknologi rudal terselubung.
AS mengutuk peluncuran pertama, dengan alasan pelanggaran resolusi PBB, yang melarang Korea Utara menggunakan teknologi rudal balistik.
"Presiden dan tim keamanan nasionalnya sedang menilai situasi melalui koordinasi erat dengan sekutu dan mitra kami," kata pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden dalam sebuah pernyataan kala itu.
"Kami mendesak semua negara untuk mengutuk peluncuran ini dan menyerukan (Korea Utara) untuk datang ke meja perundingan," lanjutnya.
Korea Utara telah memperingatkan bahwa campur tangan apa pun terhadap misi satelit mata-matanya akan menjadi "deklarasi perang."
Baca juga: Saksikan Tes Navigasi Otonom, Kim Jong-un Bertekad Tingkatkan Kekuatan Nuklir
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News