Rusaknya kabel bawah laut Tonga membuat negara pulau tersebut terputus dari dunia luar. Hampir semua jaringan komunikasi dan internet di Tonga rusak, membuat upaya pemeriksaan skala bencana dan jumlah korban sulit dilakukan.
Selain merusak kabel bawah laut, erupsi di Tonga juga memicu gelombang tsunami yang telah menewaskan setidaknya tiga orang -- termasuk satu warga negara Inggris.
"Perusahaan kabel Amerika Serikat, SubCom, memprediksi bahwa perbaikan koneksi kabel untuk Tonga membutuhkan waktu empat pekan," ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Selandia Baru, dikutip dari BBC.
Pemerintah Tonga belum dapat memeriksa skala kerusakan yang ditimbulkan erupsi dan tsunami pada Sabtu kemarin. Sejauh ini, skala kerusakan baru dapat diamati oleh pesawat pengintai milik Selandia Baru dan Australia.
Berdasarkan beberapa foto udara, terlihat abu vulkanik menyelimuti banyak titik di seantero Tonga. Untuk beberapa pulau kecil di Tonga, kerusakan signifikan terpantau. Di pulau Mango, seluruh rumah warga dikabarkan hancur usai diterjang tsunami.
Karena sebagian besar jaringan komunikasi masih bermasalah, arus informasi dari Tonga hanya bisa dilakukan dengan beberapa telepon satelit milik sejumlah kedutaan besar negara sahabat. Perusahaan telekomunikasi Digicel berencana membuat sebuah koneksi interim 2G untuk Tonga hari ini, dengan prioritas menghidupkan layanan panggilan suara dan SMS.
Ini bukan kali pertamanya kabel bawah laut Tonga mengalami kerusakan. Sebelumnya, kabel tersebut sempat rusak akibat cuaca buruk yang berimbas pada pemadaman listrik dan internet bagi 100 ribu warga Tonga.
Sementara itu, negara-negara sahabat Tonga mulai berencana mengirim bantuan darurat berupa makanan dan air minum. Namun Tonga meminta agar penyaluran bencana ini dilakukan tanpa melibatkan kontak fisik demi meminimalisasi risiko penyebaran Covid-19.
Baca: Khawatir Covid-19, Tonga Serukan Penyaluran Bantuan Tanpa Kontak Fisik
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News