Pemimpin oposisi utama di Sri Lanka, Sajith Premadasa. (ISHARA S. KODIKARA / AFP)
Pemimpin oposisi utama di Sri Lanka, Sajith Premadasa. (ISHARA S. KODIKARA / AFP)

Pemimpin Oposisi Sri Lanka Siap Calonkan Diri sebagai Presiden

Marcheilla Ariesta • 13 Juli 2022 14:05
Kolombo: Pemimpin oposisi utama Sri Lanka, Sajith Premadasa, berniat mencalonkan diri sebagai presiden. Pencalonannya akan diajukan saat Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa resmi mengundurkan diri.
 
Ini terjadi setelah partai Premadasa, Samagi Jana Balawegaya (SJB), mengadakan pembicaraan dengan sekutu untuk mendapatkan dukungan untuk langkah tersebut.
 
Kepada media BBC, Premadasa mengatakan bahwa partainya dan para sekutu sudah setuju bahwa ia harus memegang jabatan presiden.

"Mereka setuju menempatkan pencalonan saya sebagai presiden jika memang posisinya sudah kosong," kata Premadasa, Selasa, 12 Juli 2022.
 
Baca:  Kabur, Presiden Sri Lanka Disambut Ketua Parlemen Maladewa di Bandara
 
Premadasa kalah dalam pemilihan umum presiden pada 2019. Ia kini berpeluang menjadi presiden di tengah ketidakpuasan rakyat Sri Lanka terhadap Rajapaksa dan keluarganya, yang telah mendominasi politik di negara tersebut selama lebih dari dua dekade.
 
Tingkat inflasi Sri Lanka mencapai 55 persen pada Juni, yang berimbas pada terjadinya krisis ekonomi terburuk dalam sejarah negara tersebut. Banyak warga Sri Lanka kesulitan mendapat berbagai kebutuhan pokok dalam beberapa bulan terakhir.
 
Merespons krisis ini, Premadasa mengaku siap untuk mengambil bagian dalam pemerintahan interim Sri Lanka yang terdiri dari semua partai.
 
Pemimpin SJB itu sempat dikritik karena menolak mengambil jabatan perdana menteri ketika ditawarkan pada April lalu. Saingannya, Ranil Wickremesinghe, akhirnya diangkat saat itu.
 
Kini, Wickremesinghe mengindikasikan akan mundur juga untuk 'memberi jalan' bagi pemerintahan interim. Premadasa menggambarkan situasi saat ini di Sri Lanka sebagai "kebingungan, ketidakpastian dan anarki total," dengan mengatakan bahwa pemulihannya membutuhkan "konsensus, konsultasi, kompromi, dan kebersamaan."
 
Kekurangan bahan bakar telah menghancurkan transportasi umum di Sri Lanka. Pemadaman listrik bergilir juga terjadi karena banyak pembangkit listrik kekurangan bahan bakar.
 
Sekolah ditutup dan banyak orang meninggalkan Sri Lanka. Premadasa mengakui bahwa pemulihan kondisi negaranya tidak bisa dilakukan dengan cepat.
 
Ia mengatakan, untuk mengembalikan ekonomi Sri Lanka ke level 2019, akan memakan waktu sekitar empat hingga lima tahun. Ia mengaku memiliki rencana ekonomi untuk mengatasi krisis saat ini.
 
"Kami tidak akan menipu rakyat. Kami akan jujur dan menyampaikan rencana untuk menyingkirkan penyakit ekonomi Sri Lanka," ucap Premadasa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan