Untuk Vietnam, Kepala Program Pemberantasan Senjata dari Kementerian Luar Negeri AS Jerry Guilbert optimistis mampu membantu upaya pemerintah dalam mendorong target bebas ranjau pada 2025, khususnya untuk provinsi Quang Tri.
Jika tak segera disingkirkan, ucap Gilbert, maka ranjau-ranjau ini dapat terus menelan korban jiwa maupun luka.
"Ada jutaan ranjau di Vietnam, terutama di provinsi Quang Tri. Ada begitu banyak UXO di sana," kata Guilbert dalam telekonferensi pada Selasa, 6 April 2021.
Ia menegaskan bahwa AS terus bekerja sama dengan pemerintah pusat maupun daerah di Vietnam dalam mendorong upaya pembersihan ranjau darat di seantero negeri. Perhatian AS difokuskan kepada Quang Tri, karena provinsi tersebut merupakan yang paling banyak terkontaminasi UXO.
Beberapa provinsi lain selain Quang Tri di Vietnam yang juga terkontaminasi UXO adalah Quang Binh, Ha Tinh, and Quang Nam. Kontaminasi UXO di Vietnam sebagian besar melanda area yang dulunya adalah Zona Demiliterisasi.
"Kami berusaha membantu menjadikan Quang Tri sebagai wilayah bebas ranjau pada 2025. Saat ini Quang Tri masih menjadi area yang paling banyak terkontaminasi UXO. Kami optimistis target 2025 dapat tercapai," tutur Gilbert.
Masalah UXO juga melanda Kamboja. Sebagian besar ranjau di sana berasal dari dampak perang di negara tetangganya, Vietnam. Gilbert menegaskan, AS terus membantu dan juga menyalurkan bantuan dana ke tiga negara tersebut sejak 1993 hingga kini.
"AS terus membantu Kamboja dalam memitigasi risiko ledakan UXO. AS juga aktif menyalurkan bantuan untuk isu ini sejak 1993," sebut Gilbert.
Laos juga dilanda masalah sama. Gilbert menyebut, keseriusan AS dalam menangani masalah UXO ditunjukkan saat Barack Obama mengunjungi Laos di tahun 2016. Kala itu Obama menetapkan target mengenai UXO hingga 2019, namun Gilbert menegaskan kerja keras AS di Laos tidak terhenti sampai di sana.
"Kami akan terus mencari uxo, melakukan mappping, dan menyingkirkan UXO. Kami akan terus membantu menangani masalah yang menantang ini," pungkas Gilbert.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News