Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (Jaxa) mengatakan Pendarat Cerdas untuk Investigasi Bulan (Slim) telah mendarat di permukaan bulan sekitar pukul 00.20 waktu setempat, namun panel suryanya tidak mampu menghasilkan listrik, yang diduga karena posisi sudut penempatannya keliru.
Jaxa memprioritaskan transfer data Slim ke Bumi karena alat tersebut kini hanya mengandalkan baterai, yang dapat bertahan selama "beberapa jam" meski ada "perawatan yang dapat menopang kehidupan" seperti mematikan pemanasnya, kata Hitoshi Kuninaka, Kepala Pusat Penelitian Jaxa.
Saat ini Jaxa akan mempertahankan status quo ketimbang mengambil tindakan berisiko, dan berharap perubahan sudut sinar matahari akan berdampak pada panel sehingga dapat mengembalikan fungsi kelistrikannya.
"Dibutuhkan waktu 30 hari bagi sudut matahari untuk berubah di Bulan," kata Kuninaka. "Jadi, ketika arah matahari berubah, dan cahaya bersinar dari arah yang berbeda, cahaya tersebut bisa saja mengenai panel surya," sambungnya, seperti dikutip dari Asiaone.
Sinyal dari Slim hilang, menurut data dari Deep Space Network NASA. Belum jelas apakah hilangnya sinyal itu bersifat sementara atau merupakan tindakan penghematan daya oleh Jepang.
Dijuluki "penembak jitu bulan," Slim berusaha mendarat dalam jarak 100 meter dari targetnya, dibandingkan dengan teknologi konvensional yang biasanya berbeda beberapa kilometer. Teknologi ini disebut Jaxa akan menjadi alat ampuh dalam eksplorasi kutub bulan yang berbukit-bukit di masa mendatang.
"Melihat data jejaknya, Slim pasti berhasil mendarat dengan akurasi 100 meter," tutur Kuninaka, seraya menambahkan bahwa diperlukan waktu sekitar satu bulan untuk dapat memverifikasinya.
Program Luar Angkasa Jepang
Jepang semakin berupaya memainkan peran yang lebih besar di bidang luar angkasa lewat kemitraan dengan sekutunya Amerika Serikat dalam melawan pengaruh Tiongkok.Negeri Sakura juga merupakan rumah bagi beberapa perusahaan rintisan luar angkasa swasta, dan Jaxa bertujuan untuk mengirim astronot ke bulan sebagai bagian dari program Artemis NASA dalam beberapa tahun ke depan.
Namun badan antariksa Jepang baru-baru ini menghadapi banyak kemunduran dalam pengembangan roket, termasuk kegagalan peluncuran roket andalan barunya H3 di bulan Maret yang dimaksudkan untuk mengimbangi daya saing biaya dibandingkan penyedia roket komersial seperti SpaceX.
Kegagalan tersebut menyebabkan penundaan dalam misi luar angkasa Jepang, termasuk Slim dan eksplorasi bulan bersama dengan India, yang pada Agustus lalu melakukan pendaratan bersejarah di kutub selatan bulan dengan wahana Chandrayaan-3.
Jaxa telah dua kali mendarat di asteroid kecil, namun tidak seperti pendaratan asteroid, gravitasi bulan membuat pendarat tersebut tidak dapat melakukan percobaan lagi, kata para ilmuwan.
Tiga misi ke bulan yang dilakukan oleh startup ispace Jepang, badan antariksa Rusia, dan perusahaan Amerika Astrobotic telah gagal dalam setahun terakhir.
Baca juga: Tiongkok Berhasil Luncurkan Satelit Einstein Probe
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id