Uji coba rudal Korsel ini dilakukan di hari yang sama dengan uji rudal balistik Korea Utara. Pyongyang melanggar sanksi PBB dan meningkatkan ketegangan regional dengan aksi tersebut.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, menghadiri uji peluncuran bawah air SLBM di atas kapal selam baru kelas 3.000 ton, Dosan Ahn Chang-ho.
"Mempunyai SLBM memiliki arti penting dalam mengamankan pencegahan terhadap ancaman segala arah, dan diharapkan memainkan peran kunci dalam membangun kemampuan pertahanan diri dan perdamaian di Semenanjung Korea," ucap Kantor Kepresidenan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Channel News Asia.
Tes tersebut akan menjadikan Korea Selatan negara pertama yang meluncurkannya tanpa senjata nuklir, yang biasanya digunakan untuk mempersenjatai SLBM, setelah Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis, dan India.
Baca juga: Jajal Kemampuan, Korut Kembali Tembak Dua Rudal Balistik
Korut telah meluncurkan serangkaian SLBM-nya sendiri dalam beberapa tahun terakhir. Mereka terpantau sedang membangun kapal selam operasional.
"Militer juga telah mengembangkan rudal baru lainnya, termasuk rudal jelajah supersonik yang akan dikerahkan dalam waktu dekat, dan rudal balistik baru yang memiliki 'kemampuan serangan balik yang luar biasa' dengan menembakkan hulu ledak yang lebih besar," imbuh mereka.
Ia menambahkan, militer berhasil melakukan uji coba sistem propulsi bahan bakar padat yang akan digunakan untuk kendaraan luar angkasa pada Juli lalu.
Korut menembakkan dua rudal balistik ke laut pada hari ini. "Badan intelijen Korea Selatan dan AS sedang melakukan analisis terperinci," kata Kepala Staf Gabungan Seoul dalam sebuah pernyataan.
Peluncuran itu dilakukan saat Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, mengunjungi Seoul untuk melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Korea Selatan.
Berbicara sebelum berita itu muncul, Wang berharap semua negara akan membantu "perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea”.
“Misalnya, tidak hanya Utara, tetapi juga negara-negara lain yang terlibat dalam kegiatan militer. Setelah mengatakan ini, kita semua harus bekerja sama menuju dimulainya kembali dialog,” ucap Wang, dilansir Kantor Berita Yonhap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News