Sebuah bom mobil meledak di depan sekolah Sayed Ul Shuhada. Dua ledakan lainnya terjadi saat para siswa berhamburan karena panik.
Wilayah tersebut merupakan rumah bagi komunitas Syiah dari etnis minoritas Hazara. Etnis ini menjadi sasaran kelompok Islamic State (ISIS).
Dilansir dari CNN, Senin, 10 Mei 2021 melaporkan, menurut saksi mata mayoritas korban adalah siswi yang baru pulang sekolah. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menuduh Taliban berada di balik ledakan tersebut.
Ledakan terjadi beberapa kali. Pertama datang dari kendaraan yang berisi bahan peledak, disusul ledakan lainnya.
Serangan itu menargetkan etnis Hazara Afghanistan yang mendominasi wilayah Dasht-e-Barchi barat. Mayoritas etnis Hazara adalah Muslim Syiah.
Baca: Setelah Bom di Sekolah, Ledakan Bus Afghanistan Tewaskan 11 Orang
Penduduk setempat mengatakan ledakan tersebut terdengar begitu kencang. Naser Ragimi, seorang warga, mengaku mendengar tiga ledakan terpisah. Menurutnya, jumlah korban jiwa bisa saja bertambah.
Salah satu siswa yang berhasil selamat dari ledakan mengaku sempat mendengar jeritan teman-temannya. Ia juga melihat ada begitu banyak darah di lokasi kejadian.
Kecaman dari dunia internasional terus berdatangan atas insiden ini. Paus Fransiskus mengatakan serangan tersebut merupakan aksi keji tak berkemanusiaan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres juga mengecam aksi tersebut. Indonesia juga turut mengutuk serangan itu.
"Indonesia mengutuk serangan brutal yang menyasar Sekolah Sayed Ul Shuhada, Afghanistan, yang telah menyebabkan puluhan korban jiwa dan ratusan luka-luka termasuk murid perempuan yang tidak berdosa," kata Kementerian Luar Negeri RI lewat akun Twitter mereka, Minggu, 9 Mei 2021.
Pemerintah Indonesia menyampaikan duka cita kepada keluarga korban dan seluruh rakyat Afghanistan atas insiden ini.
"Indonesia akan terus mendukung upaya memerangi terorisme dan mewujudkan perdamaian yang lestari di Afghanistan," kata Kemenlu RI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News