Faktanya, Jimmy Lai telah beberapa kali keluar masuk penjara atas perintah Partai Komunis Tiongkok (PKT), yang kini secara terbuka juga menguasai Hong Kong yang merupakan wilayah bekas jajahan Inggris tersebut. Jimmy Lai hanya bersalah atas satu kesalahan, yaitu mendukung demokrasi. Ia juga membela kebebasan berekspresi dengan keberanian, inisiatif, dan kekuatan uangnya.
Kehidupan Jimmy Lai berubah pada 4 Juni 1989, ketika PKT memerintahkan pembantaian di Lapangan Tiananmen Beijing. Sejak saat itu, Jimmy Lai secara terbuka berpihak pada pengunjuk rasa pro-demokrasi, terutama di kota asalnya.
Pada tahun 1995, ia mendirikan "Apple Daily," sebuah surat kabar dan jurnal online pro-kebebasan yang diterbitkan dalam bahasa Mandarin, dengan edisi intisari online dalam bahasa Inggris, yang segera menjadi benteng penting kebebasan.
“Apple Daily” mengakhiri petualangannya yang berani pada 24 Juni 2021, ketika mereka tidak dapat lagi menahan agresi polisi Hong Kong pro-Tiongkok. Kantornya bahkan sempat beberapa kali diserang preman. Polisi juga beberapa kali menggerebek kantor Apple Daily, dan para jurnalisnya berulang kali diintimidasi.
Sementara itu Jimmy Lai terus menerus mendapat tuduhan palsu terkait penghasutan yang membuatnya ditahan beberapa kali. Ia sudah mendapat masalah karena mendukung “Gerakan Payung” di Hong Kong pada 2014. Nama dari gerakan itu berasal dari fakta bahwa pengunjuk rasa pro-demokrasi menggunakan payung kuning untuk melindungi diri dari gas air mata polisi.
Jimmy Lai juga mendukung gerakan baru di Hong Kong pada 2019 terhadap rancangan undang-undang keamanan nasional. Ketika pemerintahan Hong Kong secara resmi tunduk di bawah perintah Tiongkok pada 30 Juni 2020, undang-undang keamanan nasional pun diberlakukan, dan Jimmy Lai menjadi korban pertama dari kalangan tokoh penting.
Saat Tiongkok menerapkan UU Keamanan Nasional pada 30 Juni, Lai mengatakan kepada BBC bahwa momen tersebut dapat disebut sebagai "kematian bagi Hong Kong."
Dalam wawancara terpisah dengan AFP, Jimmy Lai berkata: "Saya siap dijebloskan ke penjara. Jika itu terjadi, saya mempunyai kesempatan untuk membaca sejumlah buku yang belum sempat saya baca. Saya hanya ingin bersikap positif."
Baca juga: Taipan Pro-Demokrasi Hong Kong Ditangkap
Seruan kepada Sunak dan Biden
Ketika masa hukuman Jimmy Lai di penjara menginjak hari ke-1.000, Komite Perlindungan Jurnalis dan 10 kelompok kebebasan pers dan hak asasi manusia, menulis surat kepada Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak untuk meminta tindakan segera dan tegas atas namanya.Komite Kebebasan di Hong Kong Foundation, sebuah koalisi yang terdiri dari 67 organisasi, melakukan hal yang sama dengan menulis surat kepada Presiden AS Joe Biden. Namun seorang pria di Australia melakukan kampanye solidaritas yang orisinal dan tak kenal lelah di dunia yang, terlepas dari beberapa pembela keadilan yang berdedikasi dan garis keras, tampaknya tidak peduli dengan Jimmy Lai, dan dengan sinis menganggap Hong Kong sebagai isu mati lainnya yang tidak perlu dipedulikan lagi.
Mark A. Tarrant, seorang pengacara di Sydney yang besar di Hong Kong, berpikir bahwa meninggalkan isu Jimmy Lai berarti menyerah pada kejahatan. Ia merancang dan memesan lampu neon seukuran aslinya "Jimmy Lai in Chains" yang diproduksi seniman neon Melbourne Steven Cole.
Tarrant juga ikut merancang bersama desainer grafis Sydney Michael Davies sebuah cetakan layar sutra dari poster "Jimmy Lai Behind Bars." Ia memasangnya di sepanjang jalan Melbourne dan Sydney Commercial Business District (CBD) pada September untuk menandai 1.000 hari penahanan Jimmy Lai di Hong Kong.
Mulai tanggal 14 September malam waktu setempat, lampu neon dipajang di ruang publik Balai Kota Sydney dalam sebuah acara. "Kami membagikan apel sebagai bentuk penghormatan kepada ‘Apple Daily,'" kata Tarrant kepada media Bitter Winter, Jumat, 20 Oktober 2023.
Kesadaran Publik terhadap Jimmy Lai
"Kami menampilkan pemain biola yang memainkan 'Glory to Hong Kong' dan tema utama dari In the Mood for Love," sambungnya, merujuk pada film drama romantis tahun 2000 yang ditulis, diproduksi, dan disutradarai di Hong Kong dan Prancis oleh sutradara Wong Kar-Wai. Wong lahir di Shanghai, tetapi beremigrasi ke Hong Kong pada usia yang sangat dini.Acara di Balai Kota Sydney semuanya difilmkan dan, Tarrant mengatakan peristiwa ini akan dijadikan "film pendek berdurasi sekitar 15-20 menit. "Kami akan mengirimkannya ke festival film dan mudah-mudahan bisa dikatalogkan oleh Perpustakaan Kongres AS," ucapnya.
Hingga tanggal 14 Oktober, tanda tersebut dipajang di toko milik Dewan Kota Sydney di Pitt Street, Sydney CBD, yang menurut Tarrant, "Wali kota Sydney, Clover Moore, dengan murah hati mengizinkan kami untuk memasangnya."
Setelah tampilan publik berakhir, tanda tersebut akan disimpan di kantor Tarrant, yang mempersilakan orang untuk berkunjung dan melihatnya. "Pada tahun 2025 nanti, lampu neon akan dipamerkan di Lane Cove Gallery + Creative Studio, sebuah pusat seni nirlaba yang terletak di jantung Lane Cove, pinggiran kota di Lower North Shore Sydney," sebut Tarrant.
"Ini akan membantu menambah kesadaran masyarakat terhadap Jimmy Lai, tahanan hati nurani di Hong Kong," sambung dia.
Sebuah film berdurasi 5 menit dengan lampu neon, yang diproduksi dan disutradarai Tarrant, telah dirilis di situs "The Points," sebuah perusahaan media luar negeri yang menerbitkan berita dalam bahasa Tiongkok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News