Tenaga Ahli Utama Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP), Edi Priyono. Metro TV
Tenaga Ahli Utama Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP), Edi Priyono. Metro TV

Metro Pagi Primetime

Bercermin ke Sri Lanka, Indonesia Harus Mandiri di Sektor Pangan

MetroTV • 12 Juli 2022 10:18
Jakarta: Sri Lanka mengalami krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya dari Inggris pada 1948. Kebangkrutan Sri Lanka menjadi cerminan dunia, khususnya Indonesia, betapa rapuhnya perekonomian yang sangat bergantung ke komoditas impor.
 
Tenaga Ahli Utama Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP), Edi Priyono, menyatakan Indonesia harus mandiri di sektor pangan dan mengurangi konsumsi barang impor. Jika tidak, kondisi Sri Lanka akan menjadi masa depan Indonesia. 
 
“Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam skala tertentu, kita harus menerima bahwa ada kenaikan harga yang dipicu oleh faktor eksternal. Kemudian harus ada kemandirian pangan, secara perlahan kita harus mengurangi konsumsi barang impor untuk meningkatkan produk dalam negeri,” kata Edi dalam Metro Pagi Primetime di Metro TV, Selasa, 12 Juli 2022.

Perekonomian Sri Lanka sangat bergantung pada sektor pariwisata. Namun, pandemi covid-19 menghantam negara ini. Analis ekonomi menyebut alasan lain Sri Lanka diterjang krisis adalah ketergantungan impor kepada bahan pertanian seperti pupuk dan bahan bakar.
 
Baca juga: Kabur, Presiden Sri Lanka Dilaporkan Akan Berlindung di Dubai

Memburuknya pasokan komoditi global menyebabkan harga domestik ikut naik. Ketika harga komoditas melonjak, biaya impor Sri Lanka melonjak. 
 
Namun, Edi menyebut perekonomian Indonesia masih tetap terkendali di tengah pandemi dan perang Ukraina. 
 
“Meskipun Indonesia mengalami inflasi namun lebih rendah dibandingkan dengan Sri Lanka yang mengalami inflasi lebih dari 50 persen. Indonesia tahun depan akan kembali pada defisit maksimal 3 persen, otomatis jika defisit dikurangi maka utang dan pinjaman ikut dikurangi,” jelasnya.
 
Berdasarkan data laporan International Monetary Fund (IMF), 60 negara berkondisi mengkhawatirkan karena memiliki risiko utang yang tinggi. Indonesia tidak termasuk kedalam data yang dikeluarkan IMF 
 
“Artinya bank dunia sangat melihat kondisi ekonomi di Indonesia positif,” jelas Edi. (Ainun Kusumaningrum)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan