Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok pada Minggu, 3 April 2022, melaporkan tambahan 13.146 kasus Covid-19, di mana 11.691 di antaranya adalah infeksi tanpa gejala atau asimtomatik. Kota Shanghai masih tercatat sebagai pusat dari wabah terburuk terbaru di Tiongkok.
Kota pusat keuangan Tiongkok itu melaporkan 8.226 kasus, termasuk 7.788 kasus asimtomatik. Saat ini, otoritas Shanghai sedang sedang melakukan tes antigen dan nukleat terhadap 25 juta penduduknya.
Sabtu kemarin, Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan berkunjung ke Shanghai untuk memeriksa upaya pengendalian Covid-19. Pejabat tinggi yang memantau pengendalian pandemi itu mengatakan, fasilitas untuk perawatan Covid-19 di sana harus diperluas.
Sebelumnya pernah mengunjungi provinsi Jilin, Sun mendesak pemberlakuan "upaya kuat untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 di Shanghai dalam waktu sesingkat mungkin."
Kantor berita Xinhua melaporkan bahwa Sun tetap berkomitmen kuat untuk kebijakan "Nol Covid" yang diserukan pemerintah pusat Tiongkok.
Sementara itu, pejabat di Suzhou, provinsi Jiangsu, mendeteksi mutasi varian Omicron yang belum pernah ditemukan di database lokal atau internasional, lapor media pemerintah Global Times pada Minggu kemarin.
Mengutip data otoritas kesehatan setempat, subvarian itu merupakan mutasi dari BA.1.1 dari varian Omicron, namun sedikit berbeda.
Seluruh kota Shanghai sedang berada dalam lockdown lantaran angka kasus terus tinggi. Alhasil, lockdown tahap pertama diperpanjang.
Saat ini, warga Shanghai tengah menanti hari Selasa besok sebagai momen pencabutan lockdown, meski belum diketahui apakah jumlah kasus akan menurun pada tanggal yang ditentukan itu.
Otoritas Shanghai sebelumnya menolak menerapkan lockdown karena takut mengganggu stabilitas pertumbuhan ekonomi. Tetapi lockdown harus dilakukan ketika jumlah kasus tidak kunjung menurun pada 1 April, ketika fase pertama lockdown seharusnya dicabut.
Lockdown cepat, yang diumumkan pada 27 Maret, mengakibatkan kekhawatiran akan kekurangan makanan di Shanghai. Ini dikarenakan masyarakat yang khawatir akan lockdown fase kedua memborong produk makanan segar hingga menyebabkan antrean panjang di supermarket.
Amarah publik pun terpicu dengan laporan adanya sejumlah orang tua yang terpisah dari anak-anaknya yang terinfeksi Covid-19 dan rakyat sakit yang tidak mendapatkan akses medis. Banyak warganet menyampaikan keluhannya seputar peraturan ketat di Shanghai.
Rekaman video warga Shanghai yang memprotes lockdown berkepanjangan dengan berteriak di belakang gerbang perumahan dan meminta pembatasan dicabut, dilaporkan telah dihapus dari WeChat, media sosial paling populer di Tiongkok.
Konsulat Prancis di Shanghai turun tangan dengan mewakili negara-negara Uni Eropa (EU), juga Norwegia dan Swiss, untuk meminta pemerintah Shanghai agar tidak memisahkan orang tua dengan anak-anaknya.
Selain itu, pemerintah Shanghai pun dimohon memberikan bantuan medis kepada warganya selama lockdown. Ada beberapa permintaan lain dalam dokumen internal tertanggal 31 Maret, yang dilihat oleh The Straits Times dan dikonfirmasi kamar dagang EU di Shanghai. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News