Dalam pidatonya di China Business Summit di Auckland, Ardern mengatakan ada perbedaan di antara sistem mereka seiring berkembangnya waktu.
"Tidak luput dari perhatian siapapun bahwa seiring dengan berkembangnya peran Beijing di dunia, perbedaan antara sistem kami dan kepentingan serta nilai-nilai yang membentuk sistem itu, menjadi lebih sulit untuk didamaikan," ucap Ardern, dilansir dari Voice of America, Senin, 3 Mei 2021.
Dalam kesempatan sama, ia menambahkan pemerintahnya telah menyuarakan keprihatinan besar terhadap Tiongkok atas perlakuan mereka kepada etnis Muslim Uighur di provinsi Xinjiang.
Wellington juga 'menegur' Tiongkok karena cengkeraman yang semakin erat di daerah semi-otonom, Hong Kong.
Pernyataan keras Ardern muncul beberapa pekan usai Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Nanaia Mahuta menyatakan enggan memperluas peran aliansi keamanan intelijen Five Eyes untuk mengkritik catatan hak asasi manusia Tiongkok.
Aliansi Five Eyes mencakup Inggris, Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.
Pada Maret lalu, sejumlah negara Barat menjatuhkan sanksi terhadap beberapa pejabat Tiongkok atas pelanggaran hak asasi manusia kepada kelompok minoritas Uighur.
Beijing dilaporkan menahan orang-orang Uighur di kamp-kamp wilayah Xinjiang. Sanksi tersebut diperkenalkan sebagai upaya terkoordinasi oleh Uni Eropa, Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada.
Namun, Negeri Tirai Bambu menyangkal tuduhan itu. Mereka mengklaim bahwa kamp-kamp tersebut adalah fasilitas re-edukasi untuk melawan terorisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News