Empedu beruang digunakan dalam pengobatan pasien virus korona covid-19. Foto: AFP
Empedu beruang digunakan dalam pengobatan pasien virus korona covid-19. Foto: AFP

Aktivis Kecam Penggunaan Empedu Beruang Obati Pasien Covid-19

Fajar Nugraha • 02 April 2020 16:06
Beijing: Tiongkok telah menyetujui penggunaan empedu beruang untuk merawat pasien virus korona. Cara itu membuat marah para aktivis.
 
Bagi pecinta hewan, langkah yang diambil meningkatkan kekhawatiran bahwa dapat merusak upaya untuk menghentikan perdagangan hewan ilegal yang disalahkan atas munculnya virus korona covid-19 yang melanda dunia.
 
Langkah itu dilakukan hanya beberapa minggu setelah Tiongkok melarang penjualan hewan liar untuk makanan. Larangan dikeluarkan untuk mengurangi risiko penyakit menular dari hewan ke manusia.

Tetapi Komisi Kesehatan Nasional pada Maret mengeluarkan pedoman yang merekomendasikan penggunaan ‘Tan Re Qing’. Ini adalah suntikan yang mengandung bubuk empedu beruang, tanduk kambing, dan tiga ramuan obat lainnya untuk mengobati pasien virus korona yang sakit parah.
 
Ini adalah salah satu dari enam produk obat tradisional Tiongkok yang termasuk dalam arahan.
 
Presiden Xi Jinping tertarik untuk mempromosikan pengobatan tradisional, menyebutnya sebagai ‘harta peradaban Tiongkok’. Xi menegaskan harus diberikan bobot yang sama dengan perawatan lainnya.
 
Bahan aktif dalam empedu beruang, asam ursodeoxycholic, digunakan untuk melarutkan batu empedu dan mengobati penyakit hati, tetapi tidak terbukti efektif dalam mengobati covid-19.
 
Tiongkok telah menggunakan pengobatan tradisional dan Barat dalam pertempurannya melawan virus korona baru.
 
Tetapi para aktivis mengatakan, menyoroti perawatan yang menggunakan produk hewani adalah ‘tragis dan ironis’. Mengingat asal mula virus korona, terkait dengan perdagangan dan konsumsi hewan liar.
 
"Kita seharusnya tidak mengandalkan produk-produk satwa liar seperti empedu beruang sebagai solusi untuk memerangi virus mematikan yang tampaknya berasal dari satwa liar," kata Brian Daly, juru bicara Yayasan Animal Asia, kepada AFP, Kamis, 2 April 2020.
 
Virus korona diyakini berasal dari kelelawar, tetapi para peneliti berpikir itu mungkin telah menyebar ke manusia melalui spesies mamalia inang perantara.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan