Larangan hijab membuat marah para pelajar Muslim. Mereka mengatakan, itu adalah serangan terhadap keyakinan mereka yang diabadikan dalam konstitusi sekuler India.
Sementara, para kelompok sayap kanan Hindu mencoba mencegah perempuan Muslim memasuki lembaga pendidikan yang menyebabkan ketegangan komunal.
"Saya ke sana hanya untuk menyerahkan tugas, makanya saya masuk kuliah. Tapi mereka tidak mengizinkan saya masuk ke dalam hanya karena saya (mengenakan) burqa," kata Muskan Khan, kepada NDTV India.
"Setelah itu, mereka mulai meneriakkan slogan ‘Jai Shri Ram’. (Salam Tuhan Rama). Kemudian saya mulai berteriak 'Allah Akbar' (Tuhan Maha Besar)," serunya, dikutip via Al Jazeera, Kamis, 10 Februari 2022.
Baca juga: 7 Prajurit India Tewas Diterjang Salju Longsor di Himalaya
Ia menambahkan, akan terus memperjuangkan haknya untuk berhijab.
"Sepuluh persen (perundungnya) berasal dari kampus, tapi sisanya orang luar," sambung dia.
Pemerintah Karnataka yang dijalankan oleh Partai sayap kanan Bharatiya Janata Party (BJP) mengumumkan penutupan lembaga pendidikan selama tiga hari.
Kebuntuan di negara bagian Karnataka – rumah bagi pusat TI India di Bengaluru, telah membangkitkan ketakutan di antara komunitas minoritas tentang apa yang mereka katakan meningkatkan penganiayaan di bawah pemerintahan nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi.
Pada Selasa lalu, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan di satu kampus yang dikelola pemerintah. Sementara itu, kehadiran polisi juga bisa dilihat di sekolah-sekolah lainnya.
Ketua Menteri Basavaraj Bommai dari BJP Modi meminta ketenangan setelah mengumumkan semua sekolah menengah di negara bagian itu akan ditutup selama tiga hari.
"Saya mengimbau kepada seluruh siswa, guru dan manajemen sekolah dan perguruan tinggi untuk menjaga perdamaian dan kerukunan," ujarnya.
Siswa di sekolah menengah yang dikelola pemerintah diberitahu untuk tidak mengenakan jilbab bulan lalu. Sejak itu kelompok sayap kanan Hindu telah mencoba untuk mencegah wanita Muslim berhijab memasuki lembaga pendidikan di negara bagian tersebut.
Pemerintah Karnataka, di mana 12 persen dari populasi adalah Muslim, mengatakan dalam perintah pada 5 Februari bahwa semua sekolah harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan oleh manajemen.
BC Nagesh, menteri pendidikan Karnataka mengatakan, aturan berpakaian sekolah telah ditetapkan setelah meninjau keputusan pengadilan dari seluruh negeri untuk melarang jilbab di lembaga pendidikan.
Beberapa kampus menyaksikan meningkatnya konfrontasi antara mahasiswa Muslim yang mengutuk larangan tersebut. Sementara mahasiswa Hindu yang mengatakan, teman sekelas mereka telah mengganggu pendidikan mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News