Pemerintahan Jepang di bawah Perdana Menteri Yoshihide Suga memutuskan membuang air radioaktif Fukushima ke laut tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan masyarakat setempat maupun negara-negara tetangga.
Jepang berargumen, air limbah Fukushima telah melewati serangkaian proses penyaringan dan hampir semua elemen radioaktifnya sudah hilang.
"Sebagai pemangku kepentingan dan juga negara tetangga dekat Jepang, kami sangat khawatir atas keputusan tersebut," ucap juru bicara Kementerian Ekologi dan Lingkungan Hidup kepada kantor berita Xinhua pada Minggu, 18 April 2021.
Ia berharap Pemerintah Jepang bersedia melakukan studi lanjutan secara mendalam mengenai pembuangan air limbah secara aman. Jepang juga didorong transparan dalam merilis segala informasi apapun terkait Fukushima, serta berkonsultasi terlebih dahulu sebelum membuat keputusan.
Beijing juga menekankan bahwa ada perbedaan fundamental antara air limbah dari Fukushima Daiichi yang pernah mengalami insiden dan air limbah dari operasi PLTN biasa.
Baca: Korsel Kecam Rencana Pembuangan Air Radioaktif Fukushima
Akhir kata, Kementerian Ekologi Tiongkok menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau situasi di Jepang, termasuk mengenai kemungkinan terjadinya radiasi kelautan.
PLTN Fukushima Daiichi telah menghasilkan banyak air radioaktif sejak terjadinya insiden kebocoran akibat gempa dan tsunami pada 2011. Air dalam jumlah besar dibutuhkan untuk mendinginkan reaktor nuklir di fasilitas tersebut.
Jumlah air yang terakumulasi di fasilitas tersebut diperkirakan mencapai 1,25 juta ton.
Operator Fukushima Daiichi, Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. mengestimasi perilisan air limbah radioaktif akan dimulai sekitar dua tahun dari sekarang. Setelah itu, proses perilisannya hingga usai diperkirakan memakan waktu berdekade-dekade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News