Protes mematikan meletus di Iran selama dua minggu terakhir. Protes terjadi menyusul kematian Mahsa Amini, perempuan 22 tahun yang ditahan oleh polisi moral di negara itu.
Meneriakkan jargon "Perempuan, hidup, kebebasan" yang sama yang digunakan di Iran, sekitar 25 perempuan Afghanistan melakukan protes di depan kedutaan besar Iran di Kabul. Namun, demo itu kemudian dibubarkan oleh pasukan Taliban yang menembak senjata ke udara.
Para pengunjuk rasa wanita membawa spanduk bertuliskan: "Iran telah bangkit, sekarang giliran kita!" dan "Dari Kabul ke Iran, katakan tidak pada kediktatoran!"
Pasukan Taliban dengan cepat menyambar spanduk dan merobeknya di depan para pengunjuk rasa. Aktivis hak-hak perempuan Afghanistan telah melakukan protes sporadis di Kabul dan beberapa kota lain sejak Taliban kembali berkuasa Agustus lalu.
Protes, yang dilarang oleh Taliban, bertentangan dengan serangkaian pembatasan keras yang diberlakukan oleh kelompok Islam garis keras itu terhadap perempuan Afghanistan.
Taliban secara paksa membubarkan demonstrasi perempuan di masa lalu. Dilansir dari AFP, Kamis, 29 September 2022, mereka memperingatkan wartawan agar tidak meliput dan menahan aktivis yang memimpin upaya organisasi.
Baca juga: Demo di Iran Meluas ke 80 Kota, Presiden Raisi Baper Negaranya 'Kacau'
Seorang penyelenggara protes mengatakan, "Demo kami lakukan untuk menunjukkan dukungan dan solidaritas kami dengan rakyat Iran dan para wanita korban Taliban di Afghanistan."
Sejak kembali berkuasa, Taliban melarang pendidikan sekolah menengah untuk anak perempuan. Mereka juga melarang perempuan dari pekerjaan di pemerintahan.
Perempuan juga diperintahkan untuk menutupi diri mereka sepenuhnya di depan umum. Bahkan, mereka lebih menyukai perempuan mengenakan burqa yang mencakup semua untuk menutup dirinya.
Sejauh ini, Taliban telah menolak seruan internasional untuk menghapus pembatasan terhadap perempuan, terutama larangan pendidikan sekolah menengah.
Pada Selasa lalu, sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam pembatasan berat dan menyerukan agar pembatasan itu dibatalkan.
Komunitas internasional bersikeras bahwa mencabut kontrol atas hak-hak perempuan adalah syarat utama untuk mengakui pemerintah Taliban, yang sejauh ini belum dilakukan oleh negara mana pun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News