Moon pernah mengutarakan keinginannya untuk mendorong pertemuan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un sebelum Pemilihan Umum Presiden AS pada November mendatang.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, menilai Trump bisa saja bertemu dengan Kim jika ia meyakini pertemuan tersebut dapat membantunya kembali terpilih sebagai presiden.
Bolton mengatakan, Korut mungkin juga berangpertemuan semacam itu bisa terjadi sebagai 'kejutan Oktober' tepat sebelum pemilihan. Ini dilihat Korut sebagai cara AS menarik keuntungan dari mereka.
"Sekarang adalah waktu yang sangat sensitif. Kesalahan langkah sekecil apapun dapat berujung pada konsekuensi fatal," kata Choe.
Menurutnya AS keliru jika masih berpikir negosiasi dengan Korut akan berhasil. "Kami telah menyusun jadwal strategis terperinci untuk mengendalikan ancaman jangka panjang AS," terangnya.
"Kami juga tidak merasa perlu bertatap muka dengan AS, karena dialog hanya akan digunakan sebagai alat untuk mengatasi krisis politik mereka," jelas Choe.
Trump dan Kim telah tiga kali bertemu, dengan yang pertama berlangsung di Singapura pada 2018. Ini merupakan pertemuan bersejarah keduanya dan mereka bersepakat unutk menuju denuklirisasi total di Semenanjung Korea.
Namun, pada pertemuan kedua di Hanoi, Vietnam, Februari tahun lalu, pembicaraan berakhir tanpa kesepakatan. Kim dan Trump bertemu lagi empat bulan kemudian di Zona Demiliterisasi (DMZ), dan setuju untuk melanjutkan negosiasi.
Kedua pihak mengadakan pembicaraan di Stockholm, Swiss pada Oktober lalu. Namun, tidak ada kemajuan berarti dari pertemuan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News