Negeri Panda bulan lalu meninggalkan rezim anti-virus yang ketat dari penguncian massal, dan akhirnya membuka kembali perbatasannya pada hari Minggu yang lalu.
Pembongkaran pembatasan yang tiba-tiba telah menyebarkan virus ke 1,4 miliar warga Tiongkok, lebih dari sepertiga di antaranya tinggal di daerah di mana infeksi sudah melewati puncaknya, menurut media pemerintah.
“Tetapi wabah terburuk belum berakhir,” ujar ahli epidemiologi terkemuka Tiongkok, Zeng Guang yang juga, mantan kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, menurut sebuah laporan yang diterbitkan di media lokal Caixin pada Kamis, dikutip dari Gulf News. Jumat 13 Januari 2023.
“Fokus prioritas kami adalah di kota-kota besar. Sudah waktunya untuk fokus pada daerah pedesaan,” ucap Zeng.
Zheng mengatakan sejumlah besar orang di pedesaan, yang fasilitas medisnya relatif miskin, tertinggal, termasuk orang tua, orang sakit, dan orang cacat.
Pihak berwenang mengatakan mereka melakukan upaya untuk meningkatkan pasokan antivirus di seluruh negeri. Adapun obat covid-19 Molnupiravir dari Merck & Co tersedia di Negeri Tirai Bambu mulai ini Jumat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) minggu ini juga memperingatkan risiko yang berasal dari perjalanan liburan Imlek.
Sementara pembukaan kembali Tiongkok telah memberikan dorongan pada aset keuangan secara global, para pembuat kebijakan di seluruh dunia khawatir hal itu dapat menghidupkan kembali tekanan inflasi.
Pertumbuhan kemudian terlihat rebound menjadi 4,9% tahun ini, masih jauh di bawah tren sebelum pandemi.
Infeksi diperkirakan melonjak di daerah pedesaan ketika ratusan juta orang melakukan perjalanan ke kota asal mereka untuk liburan Tahun Baru Imlek, yang secara resmi dimulai dari 21 Januari, yang dikenal sebelum pandemi sebagai migrasi orang tahunan terbesar di dunia.
Ketegangan diplomatik
Kekhawatiran atas transparansi data adalah salah satu faktor yang mendorong lebih dari selusin negara untuk menuntut tes covid pra-keberangkatan dari para pelancong yang datang dari Tiongkok.Beijing, yang telah menutup perbatasannya dari seluruh dunia selama tiga tahun dan masih menuntut semua pengunjung untuk diuji sebelum perjalanan mereka, menolak pembatasan tersebut.
Pejabat Kemterian Luar Negeri Tiongkok Wu Xi mengatakan, tuduhan oleh masing-masing negara "sama sekali tidak masuk akal, tidak ilmiah dan tidak berdasar."
Ketegangan meningkat minggu ini dengan Korea Selatan dan Jepang, dengan Tiongkok membalas dengan menangguhkan visa jangka pendek untuk warga negara mereka. Kedua negara juga membatasi penerbangan, menguji pelancong dari Tiongkok pada saat kedatangan, dan mengkarantina yang positif.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan pada Jumat, Tokyo akan terus menuntut transparansi, menyebut pembalasan Beijing sebagai sangat "disesalkan".
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News