Seoul: Beberapa bulan tersisa dalam masa jabatannya, Presiden Korea Selatan Moon Jae-In menyampaikan kekhawatiran akan program senjata Korea Utara (Korut) yang semakin berkembang. Menurutnya, terdapat kemungkinan uji coba nuklir dan rudal jarak jauh yang akan membangkitkan kembali kecemasan akan terjadinya perang.
Kembalinya ketegangan antara Washington dan Pyongyang menjadi kemunduran bagi Moon lantaran ia mendedikasikan satu periode jabatannya untuk pendekatan antar Korea. Moon merupakan seorang liberal yang juga anak dari pengungsi Perang Korea.
“Jika peluncuran rudal Korea Utara melanggar moratorium (yang diputuskan sendiri oleh Kim), itu akan mengembalikan Semenanjung Korea pada situasi krisis lima tahun lalu di mana terdapat kekhawatiran akan terjadi perang,” kata Moon, dikutip dari Yahoo News, Jumat, 11 Februari 2022.
Moon menyebut perlu diadakan pertemuan Presiden Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Joe Biden untuk menyelesaikan perselisihan mengenai sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Korut dan langkah pelucutan senjata Korut.
“Para pemimpin politik negara-negara terkait (Korut dan AS) harus melakukan dialog dan diplomasi tegas untuk mencegah krisis serupa,” tambahnya.
Pernyataan tertulisnya terkait Korut dan beberapa topik lainnya dirilis kemarin, Kamis, 10 Februari 2022. Pemilihan umum presiden Korsel akan diselenggarakan Maret, dan masa jabatan Moon akan berakhir Mei setelah menjabat selama 5 tahun.
Pemerintahan Kim Jong-un melakukan uji coba nuklir dan rudal balistik antar benua yang mengakibatkan ancaman perang antara Korut-AS di 2017. Kedua pihak, Kim Jong-un dan Presiden AS saat itu, Donald Trump, saling menyuarakan ancamannya secara verbal. Pada 2018, diadakan diplomasi antara Korut, Korsel, dan AS.
Moon terhitung menemui Kim Jong-un sebanyak tiga kali dan gigih mengupayakan pertemuan Kim dengan Trump. Namun, hubungan diplomatik tersebut hancur setelah AS menolak permohonan keringanan sanksi Korut dalam pertemuan di Vietnam 2019.
Hubungan antar kedua negara juga merenggang setelah pemerintahan Kim Jong-un kecewa lantaran Seoul tidak mendukungnya dalam permintaan keringanan sanksi.
Untuk pemerintahan selanjutnya, Moon berharap dapat terwujud deklarasi politik antar kedua negara Korea, AS, juga Tiongkok untuk mengakhiri Perang Korea 1950-1953 secara resmi. Sebab, perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. (Kaylina Ivani)
Kembalinya ketegangan antara Washington dan Pyongyang menjadi kemunduran bagi Moon lantaran ia mendedikasikan satu periode jabatannya untuk pendekatan antar Korea. Moon merupakan seorang liberal yang juga anak dari pengungsi Perang Korea.
“Jika peluncuran rudal Korea Utara melanggar moratorium (yang diputuskan sendiri oleh Kim), itu akan mengembalikan Semenanjung Korea pada situasi krisis lima tahun lalu di mana terdapat kekhawatiran akan terjadi perang,” kata Moon, dikutip dari Yahoo News, Jumat, 11 Februari 2022.
Moon menyebut perlu diadakan pertemuan Presiden Korut Kim Jong-un dan Presiden AS Joe Biden untuk menyelesaikan perselisihan mengenai sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Korut dan langkah pelucutan senjata Korut.
“Para pemimpin politik negara-negara terkait (Korut dan AS) harus melakukan dialog dan diplomasi tegas untuk mencegah krisis serupa,” tambahnya.
Pernyataan tertulisnya terkait Korut dan beberapa topik lainnya dirilis kemarin, Kamis, 10 Februari 2022. Pemilihan umum presiden Korsel akan diselenggarakan Maret, dan masa jabatan Moon akan berakhir Mei setelah menjabat selama 5 tahun.
Pemerintahan Kim Jong-un melakukan uji coba nuklir dan rudal balistik antar benua yang mengakibatkan ancaman perang antara Korut-AS di 2017. Kedua pihak, Kim Jong-un dan Presiden AS saat itu, Donald Trump, saling menyuarakan ancamannya secara verbal. Pada 2018, diadakan diplomasi antara Korut, Korsel, dan AS.
Moon terhitung menemui Kim Jong-un sebanyak tiga kali dan gigih mengupayakan pertemuan Kim dengan Trump. Namun, hubungan diplomatik tersebut hancur setelah AS menolak permohonan keringanan sanksi Korut dalam pertemuan di Vietnam 2019.
Hubungan antar kedua negara juga merenggang setelah pemerintahan Kim Jong-un kecewa lantaran Seoul tidak mendukungnya dalam permintaan keringanan sanksi.
Untuk pemerintahan selanjutnya, Moon berharap dapat terwujud deklarasi politik antar kedua negara Korea, AS, juga Tiongkok untuk mengakhiri Perang Korea 1950-1953 secara resmi. Sebab, perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News