Tiongkok intensifkan pemeriksaan covid-19 di Provinsi Anhui. Foto: AFP
Tiongkok intensifkan pemeriksaan covid-19 di Provinsi Anhui. Foto: AFP

1,7 juta Tiongkok Kembali Dikurung Lockdown Akibat Covid-19

Fajar Nugraha • 04 Juli 2022 14:48
Beijing: Sebanyak 1,7 juta orang terpaksa dikurung dalam lockdown di Provinsi Anhui, Tiongkok. Ini terkait temuan dari pihak berwenang yang melaporkan hampir 300 kasus baru pada Senin 4 Juli 2022 dalam serangkaian wabah terbaru yang menguji pendekatan tanpa toleransi Beijing terhadap covid-19.
 
Negeri Tirai Bambu menjadi negara maju terakhir yang menganut strategi 'nol-Covid', menanggapi semua kasus dengan perintah isolasi yang ketat dan kampanye pengujian yang sulit.
 
Wabah di Anhui -,tempat para pejabat pertama kali menemukan ratusan kasus minggu lalu,- muncul ketika ekonomi Tiongkok mulai pulih dari penguncian selama berbulan-bulan di Shanghai dan mengganggu pembatasan covid-19 di ibu kota Beijing.

Sebanyak dua kota di provinsi itu -,Sixian dan Lingbi,- mengumumkan penguncian pekan lalu, dengan lebih dari 1,7 juta penduduk hanya diizinkan meninggalkan rumah mereka jika mereka diuji.
 
Rekaman dari kantor televisi negara, CCTV menunjukkan jalan-jalan kosong di Sixian selama akhir pekan dan orang-orang mengantre untuk pengujian massal putaran keenam mereka dalam beberapa hari terakhir.
 
Provinsi tersebut melaporkan 287 infeksi baru pada hari Senin, termasuk 258 orang yang tidak memiliki gejala, menurut Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, sehingga total kasus yang ditemukan menjadi lebih dari 1.000.
 
“Pihak berwenang setempat harus memanfaatkan setiap menit dan dengan sungguh-sungguh menerapkan penyaringan cepat,” ujar Gubernur Provinsi Anhui, Wang Qingxian, seperti dikutip AFP.
 
“Perlu dilakukan karantina cepat dan pelaporan kasus,” imbuh Gubernur Qingxian.
 
Provinsi Jiangsu juga melaporkan 56 infeksi lokal baru di empat kota pada Senin.
 
Sementara kasus tetap rendah dibandingkan dengan populasi besar Tiongkok, para pejabat bersikeras kebijakan nol-Covid diperlukan untuk mencegah bencana perawatan kesehatan, menunjuk pada sumber daya medis yang tidak merata dan tingkat vaksinasi yang rendah di antara orang tua.
 
Tetapi strategi itu telah memukul ekonomi terbesar kedua di dunia itu dan penegakan hukum yang berat telah memicu protes yang jarang terjadi di negara yang dikontrol ketat itu.
 
Isolasi internasional Tiongkok juga telah mendorong beberapa bisnis dan keluarga asing dengan sarana keuangan untuk membuat rencana keluar.
 
Otoritas nasional mengumumkan pengurangan persyaratan karantina untuk kedatangan internasional bulan lalu, mengumpulkan sebagian besar pasar Asia karena investor berharap langkah itu dapat memberikan dorongan bagi ekonomi Beijing yang merosot akibat covid-19.
 
Tetapi pejabat Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok Lei Zhenglong bersikeras bahwa kebijakan karantina baru "sama sekali bukan pelonggaran pencegahan dan pengendalian (covid-19)”.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan