Masih banyak orang dinyatakan hilang setelah hujan deras melanda Afghanistan pada Jumat lalu, yang menyebabkan aliran air dan material lumpur menerjang desa-desa dan lahan pertanian di beberapa provinsi, menyebabkan apa yang digambarkan sebuah kelompok bantuan sebagai "darurat kemanusiaan yang besar."
Sejumlah warga berhasil menyelamatkan diri pada Sabtu kemarin dengan berjalan melewati jalan-jalan berlumpur dan dipenuhi puing bangunan, menurut laporan jurnalis AFP. Pihak berwenang dan kelompok non-pemerintah mengerahkan pekerja penyelamat dan bantuan, memperingatkan bahwa beberapa daerah telah terputus akibat banjir.
Baghlan Utara adalah provinsi yang terkena dampak terparah, dengan lebih dari 300 orang tewas di sana, dan ribuan rumah hancur atau rusak, menurut WFP.
"Berdasarkan informasi terkini: di provinsi Baghlan terdapat 311 korban jiwa, 2.011 rumah hancur dan 2.800 rumah rusak," kata Rana Deraz, petugas komunikasi WFP di Afghanistan, mengatakan kepada AFP.
Ada perbedaan antara jumlah korban tewas yang diberikan oleh pemerintah dan lembaga kemanusiaan. Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM) mengatakan ada 218 kematian di Baghlan.
Abdul Mateen Qani, juru bicara kementerian dalam negeri, mengatakan kepada AFP bahwa 131 orang telah tewas di Baghlan, namun jumlah korban jiwa oleh pemerintah mungkin bertambah.
"Masih banyak orang yang hilang," katanya, mengutip dari laman Macau Business pada Minggu, 12 Mei 2024.
Kerugian Finansial
Sebanyak 20 orang dilaporkan tewas di provinsi utara Takhar dan dua di Badakhshan, tambah Abdul.Juru bicara pemerintah Afghanistan di bawah kelompok Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan di media sosial X: "Ratusan warga kami telah meninggal akibat bencana banjir ini."
Dia menambahkan "banjir telah menimbulkan kerusakan besar pada properti tempat tinggal dan mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan."
Hujan deras menyebabkan kerusakan besar di Baghlan, Takhar dan Badakhshan, serta provinsi Ghor dan Herat di bagian barat, kata para pejabat. Banjir terjadi di Afghanistan, negara yang dilanda kemiskinan dan sangat bergantung pada sektor pertanian.
"Rumah saya dan seluruh hidup saya tersapu banjir," kata Jan Mohammad Din Mohammad, warga ibu kota provinsi Baghlan, Pul-e-Khumri.
Keluarganya berhasil mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, namun ketika cuaca cerah dan mereka kembali ke rumah, "sudah tidak ada yang tersisa. Semua harta benda dan rumah saya telah hancur."
"Saya tidak tahu harus membawa keluarga saya ke mana. Saya tidak tahu harus berbuat apa," ungkapnya.
Baca juga: Bertambah Lagi, Korban Tewas Banjir Bandang di Afghanistan Lampaui 200
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News