Guncangan tersebut dikabarkan telah menewaskan setidaknya lima orang dan juga merusak sekitar 1.000 rumah warga.
Kabar kematian dan kerusakan disampaikan otoritas Papua Nugini pada hari Senin ini, 25 Maret 2024, ketika tim bencana mulai berdatangan ke wilayah terdampak bencana.
"Sejauh ini, sekitar 1.000 rumah telah hilang," kata Gubernur Sepik Timur Allan Bird, seraya menambahkan bahwa tim darurat masih menilai dampak dari gempa bumi yang telah merusak sebagian besar wilayah di provinsi tersebut.
Puluhan desa yang terletak di tepi Sungai Sepik sudah dilanda banjir besar ketika gempa mengguncang pada Minggu pagi.
Komandan Kepolisian Provinsi Sepik Timur, Christopher Tamari, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pihak berwenang telah mencatat lima kematian, tetapi jumlah korban jiwa "bisa jadi lebih banyak" dari saat ini.
Foto-foto yang diambil setelah gempa menunjukkan deretan rumah kayu yang ambruk dan terendam air banjir.
Gempa bumi sering terjadi di Papua Nugini, negara yang terletak di puncak "Cincin Api" seismik – sebuah busur aktivitas tektonik intens yang membentang melalui Asia Tenggara dan melintasi cekungan Pasifik.
Meski gempa jarang menimbulkan kerusakan luas di dataran tinggi hutan yang jarang penduduknya di Papua Nugini, namun guncangan kuat dapat memicu tanah longsor yang merusak.
Banyak dari sembilan juta warga Papua Nugini tinggal di luar kota-kota besar, di mana medan sulit dan kurangnya akses jalan dapat menghambat upaya pencarian dan penyelamatan saat terjadi bencana.
Baca juga: Papua Nugini Diguncang Gempa Magnitudo 6,9, Tak Ada Peringatan Tsunami
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News