Seoul: Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un disebut-sebut sedang mempersiapkan putrinya, Kim Ju-ae, untuk menjadi pemimpin berikutnya, menurut laporan Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan kepada komite intelijen parlemen di Seoul pada Senin kemarin.
Namun NIS mengatakan bahwa penentuan ini belum bersifat final dan Kim bisa saja menunjuk penerus lain.
Mengutip dari Yonhap News, Selasa, 30 Juli 2024, NIS mengungkapkan bahwa Ju-ae dipertimbangkan sebagai calon kuat untuk menggantikan sang ayah dengan menyesuaikan frekuensi kemunculannya di hadapan publik untuk mengukur reaksi masyarakat.
Hal ini disampaikan oleh anggota parlemen Lee Seong-kweun dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa dan Park Sun-won dari Partai Demokrat di kubu oposisi dalam sebuah konferensi pers.
NIS menyimpulkan bahwa Ju-ae yang masih berusia 11 tahun sedang dipersiapkan sebagai penerus Kim dengan mempelajari julukan yang digunakan Korea Utara untuk merujuk padanya, frekuensi kemunculannya di publik, dan jenis acara yang dihadirinya.
Sebelumnya, sekitar 60 persen dari kegiatan publik Ju-ae melibatkan pendampingan ayahnya dalam acara militer, dengan beberapa lainnya terkait ekonomi. Penggunaan kata "hyangdo," yang berarti "pemandu" dalam konteks revolusioner, menunjukkan bahwa ia sedang diarahkan untuk menjadi pemimpin berikutnya.
Namun, NIS tidak mengesampingkan kemungkinan Kim memilih orang lain sebagai penerusnya, mengingat anak-anak lainnya juga bisa menjadi kandidat atau karena Korea Utara belum memutuskan secara final siapa yang akan menggantikan Kim.
Ketegangan Korut-Korsel
Selain itu, pemimpin Korea Utara tersebut dilaporkan mengalami masalah kesehatan, dengan berat badan mencapai 140 kilogram dan berisiko tinggi terkena penyakit jantung akibat stres, merokok, dan minum-minuman keras. Kim juga diyakini telah menunjukkan gejala tekanan darah tinggi dan diabetes sejak usia awal 30-an tahun.
Terkait perkembangan nuklir dan misil Korea Utara, NIS mencatat total 48 peluncuran misil pada 14 kesempatan tahun ini. NIS juga melaporkan bahwa sekitar 3.600 balon berisi sampah diluncurkan ke arah Korea Selatan sebagai tindakan balasan terhadap aktivis Korea Selatan yang mengirim selebaran propaganda ke Korea Utara.
Sejak pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu, kedua negara telah mempercepat implementasi langkah-langkah tindak lanjut terutama di bidang militer dan ekonomi. Sebagai contoh, Rusia telah mengirim delegasi militer dan jaksa penuntut utamanya ke Korea Utara, sementara lebih dari 300 turis Rusia telah mengunjungi kota perbatasan Korea Utara, Rason, setelah tur yang sebelumnya dihentikan akibat COVID-19 dilanjutkan.
NIS juga menepis kekhawatiran bahwa dakwaan baru-baru ini terhadap Sue Mi Terry, seorang pakar kebijakan luar negeri Korea-Amerika, akan merusak aliansi Korea Selatan-AS. Terry didakwa atas tuduhan bertindak sebagai agen tak terdaftar untuk pemerintah Korea Selatan dari 2013 hingga tahun lalu.
Tidak ada masalah besar dalam kerja sama intelijen antara Korea Selatan dan AS, bahkan semakin berkembang, menurut NIS. NIS juga menjelaskan perlunya undang-undang yang mirip dengan Foreign Agents Registration Act (FARA) di AS, yang sedang diupayakan oleh Terry. (Shofiy Nabilah)
Baca juga: Baju Mewah Putri Kim Jong-un Kontras dengan Kemiskinan Korea Utara
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id