Sementara spanduk lainnya bertuliskan menuduh Israel melakukan kejahatan perang, dalam pelanggaran keamanan serius yang dikecam oleh anggota parlemen.
Sebanyak empat orang berpakaian gelap berdiri di atap gedung selama sekitar satu jam, membentangkan spanduk hitam termasuk satu bertuliskan "from the river to the sea, Palestine will be free atau dari sungai ke laut, Palestina akan bebas", sebuah seruan umum dari demonstran pro-Palestina.
Salah satu demonstran memberikan pidato menggunakan megafon yang menuduh pemerintah Israel melakukan kejahatan perang, sebuah tuduhan yang dibantahnya.
"Kami tidak akan lupa, kami tidak akan memaafkan dan kami akan terus melawan," kata demonstran tersebut, seperti dikutip Channel News Asia.
Sejumlah polisi dan keamanan menyarankan orang-orang untuk tidak berjalan langsung di bawah protes di pintu masuk utama gedung. Sementara lebih banyak lagi terlihat di atap yang berusaha menyingkirkan para demonstran.
Para pengunjuk rasa mengemasi spanduk mereka sebelum digiring pergi oleh polisi yang menunggu sekitar pukul 11.30 waktu setempat.
"Ini adalah pelanggaran serius terhadap keamanan Parlemen," kata juru bicara oposisi Urusan Dalam Negeri James Paterson dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.
"Bangunan itu dimodifikasi dengan biaya besar untuk mencegah penyerbuan seperti ini. Diperlukan penyelidikan,” ungkap Paterson.
Perang di Gaza dimulai ketika orang-orang bersenjata Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan membawa sekitar 250 sandera kembali ke Gaza.
Serangan yang dilancarkan Israel sebagai pembalasan telah menewaskan hampir 38.000 orang, menurut kementerian kesehatan Gaza, dan telah meninggalkan daerah kantong pantai yang dibangun dengan sangat padat itu dalam reruntuhan.
Baik Israel maupun Hamas melakukan kejahatan perang pada tahap awal perang Gaza, menurut penyelidikan PBB bulan lalu, yang mengatakan bahwa tindakan Israel juga merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan karena kerugian warga sipil yang sangat besar.
Sejak perang dimulai, Australia telah menjadi lokasi beberapa protes pro-Palestina, termasuk demonstrasi mingguan di kota-kota besar dan pendudukan kampus universitas selama berbulan-bulan.
Partai Buruh yang berkuasa memberhentikan sementara seorang senator, Fatima Payman, pada hari Senin setelah ia menyeberangi gedung Senat untuk memberikan suara mendukung mosi yang mendukung negara Palestina.
Australia saat ini tidak mengakui negara Palestina, meskipun Menteri Luar Negeri Penny Wong mengatakan pada Mei bahwa Australia dapat mengakuinya sebelum proses perdamaian formal antara Israel dan otoritas Palestina selesai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News