Duta Besar Kim Song membuat komentar pada hari terakhir Sidang Majelis Umum ke-76 PBB di New York, atau Senin waktu setempat. Komentar ini tak lama setelah militer Korea Selatan (Korsel) mengumumkan bahwa Korea Utara menembakkan proyektil tak dikenal ke Laut Timur.
Baca: Korea Utara Tembakkan 'Proyektil Tak Dikenal' ke Laut.
“Jika AS benar-benar menginginkan perdamaian dan rekonsiliasi, mereka harus mengambil langkah pertama untuk mengakhiri kebijakan permusuhannya dengan secara permanen. Termasuk juga menghentikan latihan militer dengan Korea Selatan yang mengerahkan senjata strategis ke dan dekat Semenanjung Korea,” ungkap Dubes Kim Song, seperti dikutip AFP, Selasa 28 September 2021.
Duta Besar Kim Song menekankan bahwa jika AS menghentikan kebijakan ini, Korea Utara akan menanggapi dengan sukarela kapan saja.
Selain itu Dubes Kim juga membela tes senjata negaranya. Dia mengatakan bahwa Korea Utara memiliki hak untuk membela diri untuk mengembangkan, menguji, memproduksi dan memiliki sistem senjata.
Dia menambahkan bahwa Korea Utara tidak akan pernah melanggar atau membahayakan keamanan Amerika Serikat, Korea Selatan atau negara tetangga.
Proyektil yang tidak dikenal itu diarahkan ke laut lepas di wilayah pesisir timur, ucap militer Korea Selatan pada Selasa, 28 September 2021. Belum ada detail lanjutan dari Kepala Staf Gabungan Korsel.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kepada media AFP bahwa proyektil yang diluncurkan "terlihat seperti sebuah rudal balistik."
Peluncuran ini merupakan kelanjutan dari serangkaian pesan dari Korut, muncul beberapa hari usai adik dari pemimpin Korut Kim Jong-un, Kim Yo-jong, melontarkan wacana pertemuan antar dua Korea.
Namun ia menekankan bahwa "imparsialitas" dan rasa saling menghormati diperlukan agar pertemuan semacam itu dapat berlangsung. Kim Yo-jong juga meminta Korsel "berhenti melontarkan pernyataan-pernyataan lancang."
Baca: Adik Kim Jong-un Isyaratkan Buka Peluang Dialog Akhiri Perang Korea.
Kim Yo-jong pernah mengecam adanya "standar ganda" yang diperlihatkan Korsel dan Amerika Serikat. Menurutnya, Korsel dan AS sering mengkritik pengembangan militer Korut, padahal keduanya juga terus meningkatkan kapasitas mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News