Korea Selatan adalah salah satu dari beberapa negara tamu yang diundang ke pertemuan G7. Para negara-negara terkaya dunia itu mencoba menunjukkan kepada dunia bahwa mereka masih dapat bertindak bersama untuk mengatasi krisis covid-19.
"Kami akan menunjukkan kepemimpinan kami di G7 dalam merumuskan tanggapan bersama untuk menekan tantangan global termasuk masalah kesehatan dan perubahan iklim," kata seorang pejabat senior presiden Korsel, dilansir dari AFP, Jumat, 11 Juni 2021.
Moon telah menggembar-gemborkan beberapa tanggapan pandemi Korea Selatan seperti pelacakan dan penelusuran yang agresif, menghindari penguncian yang meluas sambil menjaga kasus relatif rendah.
Di bawah kepemimpinan Moon, Korea Selatan berkomitmen nol emisi pada tahun 2050 dan meluncurkan "Kesepakatan Hijau Baru" untuk memanfaatkan investasi dalam teknologi hijau sebagai cara untuk pulih dari pandemi.
Korsel berjanji untuk mengakhiri pendanaan pembangkit batubara di sekitar wilayah tersebut.
Namun, KTT itu juga diharapkan mencakup diskusi tentang perdagangan bebas dan melawan pengaruh Beijing yang semakin besar. Australia yang juga diundang sebagai negara tamu meminta G7 mendukung reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk mengatasi meningkatnya penggunaan 'pemaksaan ekonomi' di tengah perselisihan dengan Tiongkok.
Sementara itu, bagi Seoul, Beijing sebenarnya adalah mitra dagang terbesar mereka. Sentimen anti-Tiongkok telah mencapai titik tertinggi dalam sejarah di Korea Selatan. Dalam situasi ini, partai penguasa Moon menghadapi tekanan domestik terkait masalah tersebut.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Presiden AS bulan lalu, Moon secara mengejutkan mengatakan negaranya akan bekerja sama dengan AS dalam perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Pernyataan yang menarik peringatan Tiongkok untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News