Dilansir dari Channel News Asia pada Rabu, 9 Maret 2022, media milik pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa Xi merasa "sakit melihat api perang kembali berkobar di Eropa."
Dalam pertemuan virtual dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Xi mengatakan ketiga negara harus mendukung berlangsungnya perundingan damai antara Rusia dan Ukraina.
Xi menyebut situasi di Ukraina "mengkhawatirkan" dan mengatakan prioritas saat ini adalah untuk mencegah peningkatan tensi konflik.
Selain itu, ia juga mengatakan Prancis dan Jerman sebaiknya melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi dampak negatif dari krisis di Ukraina. Menurutnya, pemberlakuan sanksi global terhadap Rusia justru dapat mengganggu stabilitas keuangan global, pasokan energi, transportasi, serta rantai pasokan.
Selama ini Tiongkok menolak untuk mengecam tindakan Rusia di Ukraina. Beijing juga menolak menyebut apa yang dilakukan Rusia sebagai invasi.
Di level global, Tiongkok juga berulang kali menentang dijatuhkannya sanksi bagi Rusia.
Baca: Tiongkok Disebut Bakal Semakin Kuat Jika Konflik Rusia-Ukraina Berlarut
Hubungan antara Tiongkok dan Rusia kini menjadi canggung ketika perang di Ukraina semakin memburuk. Sebelumnya, hubungan keduanya diperkuat saat Presiden Vladimir Putin menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing bulan lalu. Kala itu, Putin dan Xi mendeklarasikan relasi strategis "tanpa batas" antar kedua negara.
Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi khusus" untuk melucuti senjata negara tetangganya dan menggulingkan para pemimpin di sana yang diklaimnya beraliran "neo-Nazi."
Ukraina dan sekutu Barat menyebut pernyataan Rusia sebagai alasan tidak masuk akal untuk menjustifikasi invasi. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id