Dilansir dari Al Jazeera, Rabu, 6 Oktober 2021, Taliban berdalih "lingkungan belajar yang aman" diperlukan sebelum anak perempuan bisa kembali ke sekolah.
Wakil Menteri Informasi dan Kebudayaan Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, Taliban tengah mengerjakan "prosedur" agar para remaja perempuan dapat kembali menimba ilmu di sekolah.
Sebelumnya, Mujahid telah berjanji mengizinkan perempuan bekerja dan belajar. Janji yang disampaikan melalui konferensi pers pertama Taliban pada 15 Agustus lalu ini, dinilai hanya bertujuan menghilangkan ketakutan akan kekuasaan Taliban dalam membatasi hak perempuan.
Namun nyatanya, berbagai pengecualian secara terus menerus terhadap remaja perempuan untuk bersekolah hanya memperburuk ketakutan masyarakat Afghanistan. Ini dinilai menjadi permulaan dari kebangkitan kembali sejumlah larangan secara hukum terkait pendidikan dan pekerjaan kaum perempuan.
Satu setengah bulan sejak resmi berkuasa, Taliban disebut telah meminta pekerja perempuan untuk tinggal di rumah, menutup Kementerian Urusan Perempuan, bahkan meredam unjuk rasa perempuan di seantero negeri.
Baca: 6 Perempuan Berdemo, Taliban Bubarkan dengan Lepaskan Tembakan
Di sisi lain, Taliban mengumumkan kabinet yang seluruhnya diisi laki-laki. Advokat Pendidikan Toorpekai Momand mengatakan, berbagai penundaan dan pembatasan yang disertai janji manis menimbulkan sejumlah pertanyaan di benak remaja perempuan Afghanistan.
"Mereka bertanya, ‘Mengapa Taliban memiliki masalah dengan kita? Mengapa hak kami yang diambil?,'" kata Momand. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News