Wakil Fatah, Mahmoud Al-Aloul (kiri), Menlu Tiongkok Wang Yi (tengah) dan wakil Hamas, Mousa Abu Marzouk dalam pertemuan di Beijing. Foto: AFP
Wakil Fatah, Mahmoud Al-Aloul (kiri), Menlu Tiongkok Wang Yi (tengah) dan wakil Hamas, Mousa Abu Marzouk dalam pertemuan di Beijing. Foto: AFP

Di Beijing, Hamas dan Fatah Sepakati Perjanjian Persatuan Nasional

Fajar Nugraha • 23 Juli 2024 15:59
Beijing: Faksi Palestina, termasuk Hamas dan saingannya Fatah, menandatangani perjanjian ‘persatuan nasional’ di Beijing, Tiongkok pada Selasa 23 Juli 2024. Pertemuan ini bertujuan untuk mengakhiri perpecahan mereka dan menciptakan platform yang memungkinkan mereka bersama-sama memerintah Gaza pascaperang.
 
"Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami katakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional," kata pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk kepada wartawan, menurut media pemerintah Tiongkok, seperti dikutip Middle East Eye, Selasa 23 Juli 2024.
 
"Kami berkomitmen untuk persatuan nasional dan kami menyerukannya,” imbuh Marzuk.

Penandatanganan tersebut mengakhiri dialog rekonsiliasi selama tiga hari antara 14 kelompok Palestina di ibu kota Tiongkok.
 
Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai kesepakatan untuk memerintah Jalur Gaza bersama-sama setelah perang yang sedang berlangsung berakhir.
 
"Sorotan yang paling menonjol adalah kesepakatan untuk membentuk pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara di seputar tata kelola Gaza pascaperang," kata Menlu Wang Yi.
 
"Rekonsiliasi adalah masalah internal bagi faksi-faksi Palestina, tetapi pada saat yang sama, hal itu tidak dapat dicapai tanpa dukungan dari masyarakat internasional,” tambah Wang Yi.
 
Meskipun beberapa upaya rekonsiliasi antara kelompok-kelompok Palestina yang bermusuhan telah gagal di masa lalu, seruan untuk upaya-upaya baru telah berkembang sejak dimulainya perang. Hamas dan Fatah sebelumnya telah bertemu di Tiongkok pada bulan April untuk membahas upaya-upaya rekonsiliasi guna mengakhiri pertikaian selama 17 tahun.
 
Otoritas Palestina yang dipimpin Fatah sebagian mengelola wilayah Tepi Barat yang diduduki, sementara Hamas telah menjadi kekuatan penguasa de facto di Gaza sebelum perang saat ini.
 
Kedua kekuatan tersebut telah terlibat dalam persaingan politik selama beberapa dekade. Setelah Hamas memenangkan pemilihan legislatif pada tahun 2006, anggota Fatah bentrok dengan kelompok tersebut, yang mengakibatkan Hamas menguasai sepenuhnya Jalur Gaza.
 
Pada Mei, seorang sumber senior Palestina yang memiliki pengetahuan tentang kebijakan Hamas, mengatakan kepada MEE bahwa Hamas siap menunjukkan "fleksibilitas" tentang tata kelola Gaza di masa mendatang, selama keputusan untuk memerintah daerah kantong yang dilanda perang itu disetujui oleh faksi-faksi Palestina lainnya dan tidak dipaksakan oleh AS atau Israel.

'Di dalam garis 10 yard'

Kampanye militer Israel yang menghancurkan di Gaza telah menewaskan lebih dari 39.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, sementara sekitar 10.000 orang hilang dan terkubur di bawah reruntuhan. Perang itu terjadi sebagai tanggapan langsung terhadap serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan yang mengakibatkan kematian sedikitnya 1.139 orang.
 
Akhir pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia yakin tujuan mencapai gencatan senjata setelah sembilan bulan perang sudah di depan mata.
 
"Saya yakin kita sudah berada di dalam garis 10 yard dan bergerak menuju garis gawang untuk mencapai kesepakatan yang akan menghasilkan gencatan senjata, memulangkan para sandera, dan menempatkan kita di jalur yang lebih baik untuk mencoba membangun perdamaian dan stabilitas yang langgeng," kata Blinken di forum keamanan Aspen di Colorado pada hari Jumat.
 
"Masih ada beberapa masalah yang perlu diselesaikan, yang perlu dinegosiasikan. Kami sedang melakukan hal itu,” ucap Blinken.
 
Kedua belah pihak telah saling beradu pendapat mengenai garis besar usulan tiga tahap untuk kesepakatan yang disampaikan oleh mediator dari AS, Qatar, dan Mesir.
 
Mediator gencatan senjata belum merinci secara terbuka isi lengkap usulan tersebut, tetapi garis besar kesepakatan tersebut, menurut putaran negosiasi sebelumnya yang dibagikan kepada MEE, melibatkan jeda pertempuran selama enam minggu, di mana Hamas akan membebaskan beberapa tawanan Israel yang telah ditahannya sejak 7 Oktober ketika menyerang Israel selatan.
 
Sebagai gantinya, Israel diharapkan membebaskan sejumlah tahanan Palestina, menarik pasukannya dari beberapa wilayah di Jalur Gaza, dan mengizinkan warga Palestina untuk bepergian dari selatan wilayah tersebut ke utara.
 
Selama tahap kedua, akan ada pengumuman langsung tentang penghentian permanen operasi militer sebelum tawanan Israel yang tersisa ditukar dengan lebih banyak tahanan Palestina.
 
Tahap akhir akan melihat upaya rekonstruksi di Gaza, dengan Hamas menuntut agar hal itu juga mencakup pencabutan total blokade Israel selama 18 tahun terhadap daerah kantong Palestina tersebut.

Serangan udara semakin intensif

Serangan udara dan penembakan Israel menghujani Gaza pada Senin, dengan sedikitnya 70 warga Palestina tewas kurang dari satu jam setelah Israel memerintahkan orang-orang yang mengungsi untuk meninggalkan apa yang telah ditetapkannya sebagai ‘zona kemanusiaan’.
 
Israel membenarkan operasi barunya di sana, dengan mengatakan bahwa para pejuang Palestina telah menggunakan daerah tersebut untuk melancarkan serangan terhadap pasukan Israel.
 
Dalam sebuah pernyataan, Israel mendesak orang-orang untuk pindah dari Khan Younis timur ke barat "wilayah kemanusiaan al-Mawasi yang disesuaikan."
 
Sementara itu, di Tepi Barat yang diduduki, pasukan Israel menyerbu kota Tulkarem pada Selasa pagi dan menyerangnya dengan serangan pesawat tak berawak.
 
Al Jazeera melaporkan bahwa lima orang tewas dalam serangan itu, termasuk seorang ibu dan anak perempuan.
 
Ashraf Nafi, seorang komandan di sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam dilaporkan tewas dalam serangan itu bersama dengan dua komandan kelompok bersenjata Palestina lainnya.
 
Pasukan Israel juga menembak dan menewaskan dua orang di Sair, di provinsi Hebron, dalam apa yang disebut sebagai bentrokan dengan warga Palestina.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan