"Ratusan Mujahidin dari Emirat Islam sedang bergerak menuju Panjshir untuk merebutnya setelah pejabat lokal menolak untuk menyerah secara damai," tulis Taliban di akun Twitter berbahasa Arab, dilansir dari laman Al Jazeera, Senin, 23 Agustus 2021.
Emirat Islam merujuk istilah yang dipakai Taliban dalam melabeli nama baru negara Afghanistan.
Baca: Taliban Deklarasikan Nama Baru Negara Emirat Islam Afghanistan
Di Lembah Panjshir, Massoud menyerukan pembentukan pemerintahan komprehensif yang melibatkan partisipasi Taliban. Ia mengaku ingin Taliban menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk memastikan kehidupan di Afghanistan berjalan harmonis adalah melalui negosiasi.
Meski mengaku tidak ingin berperang dengan Taliban, Massoud menegaskan kelompoknya -- Front Perlawanan Nasional (NRF) -- siap menjalani "konflik jangka panjang" jika negosiasi berakhir gagal.
Merespons kemungkinan akan adanya serangan Taliban, Massoud menegaskan NRF dan grup-grup milisi lain siap berperang jika hal tersebut terjadi.
"Para pendukung kami ingin berjuang melawan segala bentuk rezim totalitarian," tegas Massoud. Saat Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996-2001, pemerintahan berjalan otoriter dengan mengabaikan banyak hak-hak masyarakat, terutama perempuan.
Sementara itu, sisa-sisa personel militer Afghanistan juga telah membentuk sebuah grup milisi di Lembah Panjshir. Juru bicara NRF, Ali Maisam Nazary, mengatakan ada sejumlah grup milisi di luar sana yang berkoordinasi dengan Massoud tanpa adanya arahan apapun.
Nazary mengatakan, tujuan utama NRF adalah menghindari pertumpahan darah lebih lanjut di Afghanistan dan mendorong dibentuknya sistem baru di pemerintahan.
"Syarat untuk mencapai perjanjian damai dengan Taliban adalah desentralisasi -- sebuah sistem yang memastikan keadilan sosial, kesetaraan, penegakan hak, dan kebebasan bagi semua," sebut Nazary.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News