Seoul: Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol mengatakan, Pyongyang tidak mendapatkan apa-apa dari langkahnya mengembangkan senjata nuklir. Menurutnya, Korea Utara (Korut) menjadi ancaman bagi dunia.
"Korea Utara terus mengembangkan dan memajukan senjata nuklirnya dan mengancam tidak hanya Republik Korea tetapi juga dunia. Tapi saya yakin, tidak ada untungnya dari senjata nuklir," kata Yoon, dilansir dari Anadolu Agency, Selasa, 11 Oktober 2022.
Pernyataannya disampaikan sehari setelah Korut mengumumkan mereka melakukan latihan militer selama dua pekan dengan memobilisasi 'nuklir taktis'. Pyongyang juga menolak dialog apapun dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS).
Pada Senin kemarin, pemimpin oposisi Korsel, Lee Jae-myung mengkritik latihan militer bersama dengan AS dan Jepang. Ia menyebutnya sebagai langkah untuk melegitimasi Pasukan Bela Diri Jepang sebagai militer reguler.
"Kami tidak bisa membayangkan hari ketika militer Jepang menginvasi Semenanjung Korea dan Bendera Matahari Terbit kembali digantung di semenanjung itu," ucap Lee.
Ia memperingatkan, aliansi militer semacam itu dapat mendorong kawasan tersebut ke 'titik panas'. Meski demikian, Presiden Yoon menepis kekhawatiran pemimpin oposisi.
"Kekhawatiran apa yang dapat dibenarkan sebelum ancaman senjata nuklir? Itulah yang saya pikirkan," tuturnya.
Ketegangan di semenanjung meningkat pada 2020 ketika Korea Utara menyerang dan meledakkan kantor penghubung antar-Korea di sepanjang perbatasan. Seoul telah mengancam akan memberikan tanggapan yang kuat jika Pyongyang memperburuk situasi lebih lanjut.
Namun, ketegangan meningkat lebih lanjut baru-baru ini setelah Seoul dan Washington mengadakan latihan militer bersama.
Korsel mendesak Korut untuk segera menghentikan provokasi rudal yang meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea dan di kawasan itu. Seoul mengatakan, mereka akan melakukan upaya untuk meredakan ketegangan melalui dialog dan diplomasi.
Namun, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kembali menolak dialog apapun dengan AS dan Korea Selatan.
"Musuh masih berbicara tentang dialog dan negosiasi sambil mengajukan ancaman militer kepada kami, tetapi kami tidak memiliki konten untuk berdialog dengan musuh dan merasa tidak perlu melakukannya," pungkas Kim.
"Korea Utara terus mengembangkan dan memajukan senjata nuklirnya dan mengancam tidak hanya Republik Korea tetapi juga dunia. Tapi saya yakin, tidak ada untungnya dari senjata nuklir," kata Yoon, dilansir dari Anadolu Agency, Selasa, 11 Oktober 2022.
Pernyataannya disampaikan sehari setelah Korut mengumumkan mereka melakukan latihan militer selama dua pekan dengan memobilisasi 'nuklir taktis'. Pyongyang juga menolak dialog apapun dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS).
Pada Senin kemarin, pemimpin oposisi Korsel, Lee Jae-myung mengkritik latihan militer bersama dengan AS dan Jepang. Ia menyebutnya sebagai langkah untuk melegitimasi Pasukan Bela Diri Jepang sebagai militer reguler.
"Kami tidak bisa membayangkan hari ketika militer Jepang menginvasi Semenanjung Korea dan Bendera Matahari Terbit kembali digantung di semenanjung itu," ucap Lee.
Ia memperingatkan, aliansi militer semacam itu dapat mendorong kawasan tersebut ke 'titik panas'. Meski demikian, Presiden Yoon menepis kekhawatiran pemimpin oposisi.
"Kekhawatiran apa yang dapat dibenarkan sebelum ancaman senjata nuklir? Itulah yang saya pikirkan," tuturnya.
Ketegangan di semenanjung meningkat pada 2020 ketika Korea Utara menyerang dan meledakkan kantor penghubung antar-Korea di sepanjang perbatasan. Seoul telah mengancam akan memberikan tanggapan yang kuat jika Pyongyang memperburuk situasi lebih lanjut.
Namun, ketegangan meningkat lebih lanjut baru-baru ini setelah Seoul dan Washington mengadakan latihan militer bersama.
Korsel mendesak Korut untuk segera menghentikan provokasi rudal yang meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea dan di kawasan itu. Seoul mengatakan, mereka akan melakukan upaya untuk meredakan ketegangan melalui dialog dan diplomasi.
Namun, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kembali menolak dialog apapun dengan AS dan Korea Selatan.
"Musuh masih berbicara tentang dialog dan negosiasi sambil mengajukan ancaman militer kepada kami, tetapi kami tidak memiliki konten untuk berdialog dengan musuh dan merasa tidak perlu melakukannya," pungkas Kim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News