"Karena ancaman serius terhadap kepentingan Prancis di Pakistan, warga negara dan perusahaan Prancis disarankan untuk meninggalkan negara itu sementara," kata Kedutaan Prancis di Pakistan kepada warga negara mereka lewat surat elektronik.
"Keberangkatan akan dilakukan oleh maskapai penerbangan komersial yang ada," imbuh mereka, dilansir dari Malay Mail, Kamis, 15 April 2021.
Sentimen anti-Prancis membara di Pakistan selama berbulan-bulan sejak pemerintah Presiden Emmanuel Macron menyatakan dukungannya terhadap hak tabloid Charlie Hebdo untuk menerbitkan ulang kartu yang menggambarkan Nabi Muhammad. Kartun tersebut dianggap menghujat Nabi Muhammad oleh banyak warga Muslim.
Kemarin, pemerintah Pakistan melarang partai politik ekstremis yang pemimpinnya menyerukan pengusiran duta besar Prancis. Pemimpin Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP), Saad Rizvi ditahan beberapa jam. Ia membawa ribuan pendukungnya ke jalan-jalan di seluruh kota Pakistan.
Dua petugas polisi tewas dalam bentrokan itu. Meriam air, gas air mata, dan peluru karet digunakan untuk menahan massa.
Baca juga: Prancis Tingkatkan Pengamanan di Tempat Ibadah Muslim
Pendukung TLP menghentikan ibu kota Islamabad pada November tahun lalu selama tiga hari. Mereka melakukan serangkaian unjuk rasa anti-Prancis kala itu.
Penistaan agama adalah masalah yang sangat sensitif di Pakistan. Undang-undang bahkan mengizinkan hukuman mati diterapkan kepada siapapun yang dianggap menghina Islam atau tokoh Islam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
